Pertanian merupakan salah satu sektor kunci dalam memenuhi kebutuhan pangan dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan tren, kebutuhan pangan di Indonesia semakin besar sejalan dengan populasi yang semakin meningkat. Namun, semakin sedikitnya pemuda yang tertarik berkecimpung dalam sektor pertanian menimbulkan kerentanan pangan di Indonesia semakin besar. Oleh karena itu, di masa depan, diperlukan pemuda yang visioner, inovatif, dan berkomitmen untuk menciptakan ekosistem pertanian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan yang mampu memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia. Dengan kata lain, inovasi yang diperlukan oleh pertanian di Indonesia adalah kaum mudanya yang mau berkontribusi lebih.
Webinar ini mencoba memberikan contoh bagaimana petani itu adalah pekerjaan yang sangat bisa sukses dan membanggakan. Narasumber yang diundang untuk memberikan gambaran pertanian yang lebih profesional tersebut adalah Ignatius Egan Jonathan yaitu Head of Product Edufarmers International Foundation, Taufik Mawaddani yaitu Young Ambassador Agriculture 2022, dan Shofyan Adi Cahyono yaitu pemilik dari PT. Sayur Organik Merbabu (SOM). Webinar ini dimoderatori oleh Sekretaris Eksekutif Trubus Bina Swadaya, Emilia Tri Setyawati.
Inovasi dan Teknologi untuk Ekonomi Pertanian
Pemaparan materi diawali dari Ignatius Egan Jonathan dengan judul presentasi “Inovasi dan Pemanfaatan Teknologi untuk Peningkatan Perekonomian melalui Pertanian Edufarmers International Foundation”. Pertanian dan perkembangan teknologi memiliki kaitan yang sangat erat dengan perkembangan peradaban manusia. Dimulai dari 10.000 tahun SM, manusia mulai meningkatkan peradaban dengan menanam tanaman untuk menghasilkan sumber makanan yang tidak bisa habis dan tidak memerlukan perpindahan teritori. Kemudian perkembangan peradaban terjadi dengan ditemukannya irigasi, sistem rotasi tanaman, pembajakan, dan globalisasi tanaman baru hingga saat ini yaitu, varietas hibrida, sistem irigasi modern, mesin pertanian, pupuk kimia, pestisida kimia dan lain-lain. Perkembangan tersebut pada dasarnya dimulai dari negara-negara Eropa dan menyebar menyesuaikan dengan masa kolonialisme. Di Indonesia, perkembangan pertanian dapat dilihat dari beberapa hal di bawah ini:
- Alat dan mesin pendukung budidaya pertanian (cultivator, planter, )
- Alat dan mesin pendukung panen dan pasca-panen (combine harvester, )
- Benih Unggul Hibrida
- Teknologi dan sistem irigasi (sprinkler, irigasi tetes, selang hidrosol, )
- Pemanfaatan Semprotan kimiawi
- Pemanfaatan Semprotan organik (biosaka, mikoriza, PSB, POC, pestisida nabati, )
- Teknologi Industri 0/Pertanian presisi (drone, sensor tanah dan cuaca, dsb.)
Namun tidak semua lahan pertanian menggunakan inovasi dan teknologi tersebut. Untuk itu, EduFarmers mengedukasi petani-petani yang ada di Indonesia dengan memberdayakan mahasiswa yang memiliki keinginan untuk meningkatkan produksi pangan di Indonesia. Jadi, tidak hanya meningkatkan kualitas petani di Indonesia, EduFarmers juga mencoba memperbaiki image dari pertanian di mata generasi muda. Pertanian bukanlah bidang pekerjaan yang rendah, malah adalah sebuah bidang industri yang sangat menguasai perekonomian dan kehidupan manusia.
Paparan dilanjutkan dengan streaming video teknologi dan inovasi yang ada di luar negeri sebagai pembelajaran inovasi pertanian yang bisa dikembangkan di Indonesia juga. Petani di masa depan adalah tenaga-tenaga terdidik dan insinyur-insinyur yang memang fokus dalam lingkungan inovasi yang lebih maju seperti di video.
Strategi Peningkatan Kesejahteraan Petani
Selanjutnya Moderator memberikan kesempatan pada Taufik Mawaddani untuk memberikan pemaparannya. Pendiri Young Ambassador Agriculture 2022 memberikan pemaparan dengan judul “Langkah Strategis Menuju Kesejahteraan Petani”. Dalam kalangan muda saat ini, bertani selalu dianggap sebagai suatu hal yang sulit dan kurang memberikan keuntungan. Hal inilah yang menjadi salah satu mentalitas yang ingin diubah oleh Young Ambassador Agriculture 2022 bahwa paradigma akan kecilnya keuntungan yang ada di dalam pertanian itu adalah salah. Sebagai petani, kita memegang demand akan kebutuhan pokok. Orang yang hebat itu tidak muncul begitu saja melainkan dengan pengorbanan dan air mata yang besar. Orang orang harus melakukan semuanya itu untuk sukses.
Beliau memberikan presentasi yang bersifat persuasi untuk mendorong anak muda tetap bisa memberikan kontribusi dalam pertanian di Indonesia. Adapun point persentasenya adalah
- Orang Hebat tidak dihasilkan dari kemudahan, kesenangan, dan Kenyamanan. Orang Hebat dibentuk melalui kesulitan, tantangan dan air
- Petani itu boleh saja lelah, tapi jangan sampai. Lelah bukanlah alasan untuk menyerah melainkan sebuah kesempatan untuk memberikan inovasi yang mempermudah pekerjaan.
- Tetaplah terlihat tidak punya apa-apa, karena akan lebih menarik jika sukses setelah Semua jerih payah yang diberikan akan menghasilkan yang manis dan dapat dibanggakan di masa depan.
- Bertemanlah bukan seperti pembeli yang hanya berpikir soal untung dan rugi dan berakhir saat tidak memiliki kebutuhan lagi satu sama lain. Pertemanan tidak boleh putus meskipun kita berbeda lokasi, latar belakang dan lain-lain.
- Pertanian itu Semakin kita kejar, semakin tidak ada ujungnya.
Pertanian merupakan sebuah pekerjaan yang sudah terjamin adanya karena semua manusia pasti membutuhkan makanan. Namun, pekerjaan di pertanian di semua sektor harus dikerjakan secara bersama-sama sehingga bisa kuat bersama. Kunci dari AgriBisnis itu adalah silaturahmi untuk menjalin orang-orang yang lebih hebat lagi. Sektor pertanian di setiap daerah tidak untuk bersaing tapi untuk sama-sama memenuhi kebutuhan masyarakat.
Hal yang diperlukan untuk bisa bergerak dan berkembang di sektor pertanian adalah BISNIS (Berbasis Ilmu, Inovatif, Strategi, Nilai yang kuat, Informasi dan Teknologi, dan Silaturahmi). Selain itu dalam lingkungan bermasyarakat terutama di Indonesia ini, beliau menyampaikan bahwa berMITRA adalah sebuah langkah yang sangat perlu (Menguntungkan, Interaksi, Tanggap, Responsif, dan Adil). Ilmu yang dimiliki perlu diterjemahkan menjadi kreativitas yang inovatif. Namun, ilmu tersebut juga bisa mengalami perkembangan. Oleh karena itu ada kunci atau KEY (Keep Educate Yourself) yang perlu ditanamkan dalam pemikiran bahwa. Beliau berpesan agar jangan takut belajar dan jangan takut untuk berkembang ke arah yang lebih baik walaupun akan terasa berat.
Menjadi Agrosociopreneur Muda
Pemaparan terahir oleh Shofyan Adi Cahyono dengan judul presentasi “How To Be a Young Organic Agrosociopreneur”. Beliau juga merupakan contoh petani yang sukses dalam pertanian yang menerapkan teknologi yang lebih maju. Beliau menjelaskan bahwa pertanian pada dasarnya merupakan sebuah bisnis yang sangat dipengaruhi oleh permintaan yang ada pada masyarakat. Masyarakat merupakan sumber demand yang perlu dipenuhi oleh pertanian. PT. Sayur Organik Merbabu sudah memiliki lahan produksi sayur sekitar 10 hektar yang ada di kaki Gunung Merbabu. Produk yang dihasilkan itu ada 50 jenis sayuran yang menyesuaikan dengan keinginan konsumen.
Sayur Organik Merbabu (SOM) sebenarnya memiliki 3 cabang lain yang berkecimpung dalam edukasi masyarakat terutama petani agar bisnis yang dimiliki dalam pertanian dapat berkembang sejalan dengan ilmu pertaniannya. Hal ini terjadi karena latar belakang beliau yang adalah keluarga petani. Ilmu yang tidak berkembang menghambat perkembangan bisnis yang ada dan selalu berada dibawah naungan tengkulak. Beberapa permasalahan yang dialami petani adalah:
- Ekonomi
Petani dulu dan mungkin sekarang juga di beberapa tempat sangat bergantung pada nilai tawar yang ada di pasar maupun harga pupuk organik yang semakin meningkat.
- Budidaya
Banyak petani beralih dan menggunakan pupuk kimia yang lebih murah secara tidak bijak. Namun akhirnya berdampak pada kualitas hara tanah yang memburuk dan merusak lingkungan.
- Kelembagaan
Masyarakat juga masih banyak yang terbengkalai karena tidak diperhatikan oleh pemerintah. Kapasitas kelembagaan petani masih lemah untuk membantu ekonomi petani.
- Permodalan
Lemahnya kelembagaan itu juga yang membuat petani sulit mendapatkan akses modal di bank.
- Teknologi
Petani kita masih terbatas terhadap akses informasi dan IPTEK. Kita perlu bangun-membangun dan bersama sama memajukan pertanian di Indonesia.
Solusi yang paling benar dalam permasalahan-permasalahan tersebut adalah munculnya Argosocioprenuer atau Petani Millennial. Petani ini dapat mengimplementasikan teknologi yang sudah ada untuk mendukung pertanian, sosial dan ekonomi. Petani Millennial saat ini memiliki peluang yang sangat besar. Jumlah petani yang menurun sampai 33.4 Juta jiwa sedangkan Jumlah Penduduk yang selalu bertambah. Kenyataan tersebut membuka lebar kesempatan untuk anak muda untuk bersaing di bidang pertanian. Beliau memberikan langkah-langkah yang bisa ditiru oleh pemuda yang ingin memulai berkecimpung dalam bisnis di bidang agrikultur. Cara melihat bagaimana memulainya adalah
- Mengenali potensi produksi lahan yang ada di wilayah yang ingin dikembangkan Hal ini diperlukan agar mempermudah mendapatkan demand dari
- Mencari Peluang Usaha Pertanian. Bisnis yang baik adalah bisnis yang mampu menjawab permasalahan petani dan konsumen. Peluang usaha tersebut bisa dilihat dari subsistem input produksi, subsistem usaha tani, subsistem pengolahan hasil pertanian, subsistem distribusi dan pemasaran, dan Subsistem Jasa dan Layanan Pendukung.
- Menerapkan bisnis pertanian secara ramah lingkungan dan terpadu. Pengembangan bisnis dan lahan yang diperlukan harus mempertimbangkan lokasi agar strategis dan dapat mendukung lingkungan.
- Saling Berkolaborasi dan membangun relasi
- Jalankan dan Kembangkan bisnis pertanian tersebut. Pengembangan bisnis harus dibarengi dengan semangat juang yang besar dan pantang menyerah. Menemukan momentum yang tepat akan ada saat kita menjalankan usaha cepat maupun lambat. Perusahaan ini juga mendapatkan momentumnya saat kerjasama yang ada dalam masyarakat bisa solid dan saling membangun.
Dalam setiap proses tersebut, diperlukan juga prinsip yang akan menjaga mentalitas petani sehingga dapat bertahan dalam arus pasar, yaitu:
- Kebebasan. Menghargai individu petani untuk berkelompok sesuai keinginan dan kepentingannya.
- Keswadayaan. Mengembangkan kemampuan pengalihan potensi diri para anggota dalam penyediaan dana dan sarana serta pendayagunaan sumber daya guna terwujudnya kemandirian kelompok tani.
- Kesetaraan. Semua petani memiliki persamaan kedudukan, hak serta kewajuban sebagai anggota kelompok tani.
- Keikutsertaan. Semua anggota terlibat dalam mengembangkan serta mengelola (merencanakan, melaksanakan serta evaluasi) kelompok tani.
- Keterbukaan. Penyelenggaraan kegiatan kelompok tani dilakukan secara terbuka antara pengurus dan anggota kelompok serta pelaku usaha.
- Kemitraan. Penyelenggaraan kegiatan kelompok tani dilaksanakan berdasarkan prinsip saling membutuhkan, saling menghargai, saling menguntungkan, dan saling memperkuat, antara anggota dan pelaku usaha.
Sesi Tanya Jawab dengan Peserta
Selanjutnya webinar memasuki sesi tanya jawab dari peserta yang dalam webinar yang dipandu oleh moderator. Pertanyaan pertama datang dari Nikon dari Kalimantan. Peserta tersebut memiliki keresahan bahwa Pertanian selalu dianggap sebuah pekerjaan yang kuno dan tidak bisa dibanggakan. Bagaimana caranya anak muda dapat mengubah paradigma pemikirannya dalam pertanian?
Jawaban yang diberikan oleh Pak Cahyono adalah mendapatkan kesuksesan dalam hal apapun tentunya memerlukan kesabaran dan ketekunan. Hal tersebut sedikit demi sedikit akan memberikan dampak kepercayaan diri dan membanggakan lingkungan. Petani itu punya sebuah gambaran bahwa mereka akan mempercayai apa yang mereka lihat daripada yang mereka dengar. Jadi kalau petani sudah melihat hasil, mereka akan ikut membantu dan bergabung. Jawaban yang bernada yang sama diberikan juga oleh Pak Taufik bahwa beliau sudah melakukan pertemuan langsung dengan petani-petani bahwa memang yang mereka butuhkan adalah hal-hal yang pasti dan bisa dipercaya. Beliaulah yang mencoba menjadi pihak yang dapat memberikan kepercayaan untuk pasar dan keuntungan yang benar. Proses saling menguntungkan menjadi terjamin dalam masyarakat.
Pertanyaan kedua datang dari Palembang dengan 2 point pertanyaan yaitu:
- Banyak petani tidak mau menerima perkembangan teknologi dalam pertanian mereka karena dianggap lebih menyulitkan dan membutuhkan biaya yang lebih Bagaimana caranya mereka mau memperbaiki atau meningkatkan bisnis pertanian mereka dengan teknologi yang lebih maju?
- Di negara yang pertaniannya sudah lebih maju, petani-petani sudah banyak yang digantikan dengan mesin-mesin. Hal tersebut meningkatkan angka pengangguran. Hal ini perlu diperhatikan di negara kita agar tidak terjadi hal yang sama. Bagaimana menurut Egan akan fenomena tersebut?
Pertanyaan tersebut sangat menarik perhatian Pak Egan dan dijawab sekaligus bahwa Petani belajar dengan mata. Kalau cuma memberikan kata-kata, mereka hanya akan menganggukkan tanpa memberikan tindakan. Teknologi itu tidak perlu dibicarakan, petani yang sudah berhasil menggunakan teknologi nantinya akan menggugah orang petani lainnya untuk beralih juga ke pertanian yang lebih modern. Namun, Teknologi itu juga harus diberikan sedikit demi sedikit. Petani yang sudah memakai mesin tingkat tinggi tidak akan bisa disusul petani yang melakukan bisnis secara tradisional. Teknologi yang akan masuk itu seperti seleksi alam yang mencoba menghentikan petani yang tidak bisa bersaing dan memekarkan petani lain yang mampu bertumbuh dan beradaptasi.
Pertanyaan lain datang dari Barita Adveinton Sitorus dari Sumatera Utara tentang Urban Farming. Apakah urban farming bisa mengimbangi produksi pangan di pedesaan di Indonesia? Pertanyaan ini dijawab langsung oleh Pak Egan dan Cahyono dengan nada yang sama bahwa Pada dasarnya, urban farming itu adalah tanaman hortikultura yang biasanya produksinya tidak banyak. Penerapannya juga sebenarnya sebatas hobi saya sehingga tidak bisa dianggap menjamin kebutuhan dari masyarakat secara makro. Urban farming itu adalah upaya ketahanan pangan keluarga yang kalau berlebih bisa dijual ke tetangga. Produksinya juga tidak untuk bisnis yang besar tetapi jasa sederhana saja. Tapi memang lain cerita dengan yang ada di Singapura. Dengan urgensi mereka yang memiliki lahan yang sempit, mereka mengembangkan bidang ini untuk bisa lebih sustainable dalam mendukung pangan mereka. Jadi, level dari urban farming di Indonesia kemungkinan masih akan menjadi hobi saja.
Pertanyaan lain dari Edalt di Flores Timur. Bagaimana solui untuk Produksi dari tempat Edalt selalu dihargai dengan harga yang murah? Hal ini memberatkan petani-petani yang ada. Pertanyaan tersebut dijawab oleh Pak Cahyono dan Pak Taufik bahwa Kemampuan bernegosiasi memang adalah sesuatu yang penting dimiliki petani. Dengan menawar di berbagai pasar, kita bisa menemukan konsumen yang cocok untuk kita. Hal ini juga menjadi alat kita untuk membuat relasi yang sehat dengan customer. Selain dari penawaran, kita juga harus memastikan kualitas dari produksi kita yang harus terpercaya. Produksi yang berkualitas yang akan bisa memenangkan tawar menawar tersebut. jIka kita mempunyai value, semua pasar akan bisa dimenangkan. Ada banyak pembanding yang ada di pasar. Pasar selalu menginginkan kualitas produksi yang beragam. Kita yang harus mencari pasar yang sesuai dengan kualitas produksi kita. Saran lain mungkin akan sangat terasa teknis.
Dalam menanggapi harga yang rendah tersebut Pak Egan pernah sedikit meneliti secara sederhana produksi dan pasar yang ada di suatu desa. Desa tersebut tidak memiliki jaringan pasar yang luas sehingga produksinya hanya berputar di desa atau pulau tersebut saya. Jika produksi yang ada di dalam desa tersebut tidak beragam, maka harga yang mau ditawar oleh pasar juga akan semakin murah. Hal tersebut mungkin juga terjadi di Flores ini. Mencari pasar yang tepat memang menjadi jawaban dari rendahnya harga yang ditawarkan.
Webinar ditutup oleh Moderator dengan membacakan respons yang ada di kolom chat. Hal yang sangat krusial yang membuat pemuda di Indonesia tidak ingin berkecimpung di pertanian adalah tidak adanya anggapan di Indonesia bahwa Petani itu merupakan profesi yang membanggakan. Hal ini sebenarnya diperlukan untuk mengubah pandangan dari anak muda. Hal ini juga menjadi sebuah hal yang bisa dimasukkan di kurikulum pembelajaran di Indonesia untuk meningkatkan pertanian di Indonesia. Kaum Muda yang menjadi Generasi Penerus Bangsa perlu mengetahui kondisi pertanian di Indonesia dan mengembangkannya ke arah pembangunan yang Indonesia yang lebih maju. (BAS)