Kalurahan Panggungharjo, Kabupaten Bantul, DIY menjadi teladan nasional dalam pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) melalui BUMDes Panggung Lestari. BUMDes ini berhasil menggerakkan ekonomi desa hingga memiliki omset senilai Rp3,7 M pada tahun 2019. Bahkan, BUMDes Panggung Lestari masih bertahan pada masa pandemi Covid-19 dengan omset senilai Rp1,4 M. BUMDes Panggung Lestari menaungi empat unit usaha utama: Kelompok Usaha Pengelolaan Sampah (KUPAS), Kampoeng Mataraman, Pasardesa.id, dan The Ratan, yang berhasil memberdayakan 49 warga desa. Keberhasilan ini tidak hanya menunjukkan pemanfaatan potensi lokal yang optimal tetapi juga menjadi contoh bagaimana inisiatif lokal dapat mendorong kemandirian ekonomi dan sosial di tingkat desa.
Pengelolaan Sampah Berbasis Komunitas di Bank Sampah Panggung Lestari
Salah satu unit usaha yang paling menonjol adalah KUPAS, merupakan unit usaha dengan fokus pada pengelolaan sampah melalui Bank Sampah Panggung Lestari. KUPAS didirikan sebagai respons terhadap permasalahan penumpukan sampah yang sempat terjadi pada tahun 2013. Masalah ini memicu kesadaran warga dan pemerintah desa untuk mengambil tindakan mandiri. Dengan dukungan dari Lurah Panggungharjo, KUPAS dikembangkan menjadi unit usaha di bawah BUMDes yang bertugas mengelola sampah secara terstruktur. Bank Sampah Panggung Lestari kini mampu menampung hingga 10 ton sampah per hari, yang terdiri dari sampah organik, anorganik, dan residu. Salah satu tantangan besar yang dihadapi KUPAS adalah mendorong partisipasi masyarakat dalam pemilahan sampah di rumah tangga. Meski sudah ada berbagai program edukasi dan pembinaan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran warga, hanya sekitar 30% dari penduduk desa yang aktif terlibat dalam program ini. KUPAS telah mencoba berbagai cara untuk memotivasi partisipasi masyarakat, termasuk dengan memberikan insentif berupa penukaran sampah dengan uang tunai atau tabungan emas melalui kemitraan dengan Pegadaian. Di sisi lain, disinsentif berupa retribusi bulanan juga diterapkan untuk mendorong partisipasi yang lebih luas.
Kampoeng Mataraman: Menghidupkan Kembali Warisan Budaya Lokal
Selain KUPAS, BUMDes Panggung Lestari juga mengelola Kampoeng Mataraman, sebuah destinasi wisata yang mengangkat budaya dan tradisi lokal. Kampoeng Mataraman tidak hanya menawarkan pengalaman wisata yang kaya akan nilai-nilai budaya, tetapi juga menjadi simbol bagaimana kearifan lokal dapat diintegrasikan ke dalam strategi pengembangan ekonomi desa. Pengelolaan destinasi ini menunjukkan komitmen BUMDes dalam menjaga dan mempromosikan warisan budaya Panggungharjo, salah satunya adalah Situs Panggung Krapyak, sebuah situs bersejarah yang telah diakui UNESCO sebagai warisan dunia.
Membangun Kemandirian Desa Melalui Inisiatif Lokal
Lebih dari sekadar mengelola unit usaha, BUMDes Panggung Lestari juga memainkan peran strategis dalam pemberdayaan masyarakat. Dengan pendekatan yang inklusif, BUMDes ini melibatkan berbagai lapisan masyarakat, termasuk kelompok-kelompok yang sering terpinggirkan seperti orang dengan gangguan jiwa (ODGJ), penyandang disabilitas, mantan narapidana, dan preman pensiun. Pendekatan ini tidak hanya membantu meningkatkan keterampilan dan penghasilan mereka, tetapi juga mengintegrasikan mereka kembali ke dalam kehidupan sosial desa, menciptakan iklim sosial yang lebih inklusif dan berkeadilan. Selain itu, BUMDes ini juga berperan dalam menyediakan layanan sosial yang esensial melalui program-program seperti Kartu Pintar, Kartu Sehat, dan Kartu Ibu dan Anak. Program-program ini memberikan akses kepada pendidikan, kesehatan, dan layanan kebidanan kepada masyarakat Panggungharjo, memperkuat jaringan perlindungan sosial yang sudah ada.
Keberhasilan BUMDes Panggung Lestari tidak terlepas dari sinergi yang kuat antara pemerintah desa dan masyarakat. Kelurahan Panggungharjo telah menunjukkan bahwa kemandirian desa bukan hanya mungkin, tetapi juga bisa menjadi model bagi desa-desa lain di Indonesia. Melalui inisiatif lokal yang kuat dan pemberdayaan masyarakat yang berkelanjutan, desa ini berhasil mengembangkan sistem yang mendukung kesejahteraan warga tanpa bergantung sepenuhnya pada program atau bantuan dari pemerintah pusat. Dengan pencapaian ini, Kalurahan Panggungharjo telah mendapatkan pengakuan nasional sebagai Desa Terbaik pada tahun 2014, dari lebih dari 76.000 desa di seluruh Indonesia. Penghargaan ini tidak hanya mengukuhkan status Kalurahan Panggungharjo sebagai model desa yang sukses, tetapi juga memberikan inspirasi bagi desa-desa lain untuk mengembangkan potensi mereka sendiri dan mencapai kemandirian yang serupa.
Daftar Pustaka