Masterplandesa.com kembali menyelenggarakan Webinar Masterplan Desa seri ke-33 dengan mengangkat tema “Menuju Desa Mandiri Energi dengan EBT”. Webinar dilaksanakan pada hari Jum’at, 24 Februari 2023 pukul 14.00-15.30 WIB melalui zoom meeting. Narasumber yang menjadi pemateri webinar seri ke-33 ini, yaitu Ibu Rimbawati S.T., M.T praktisi BUMDes Dosen Teknik Elektro Universitas Muhamadiyah Sumatra Utara.

Ibu Rimbawati menyampaikan materi tentang energi terbarukan untuk hidup lebih baik. Beberapa poin penting yang disampaikan seperti pengertian desa mandiri energi, contoh aplikasi pemanfaatan sumber daya alam sebagai EBT, tahapan kegiatan dalam pengembangan EBT, tantangan dan kendala yang dihadapi, dan cara pendekatan yang dilakukan kepada masyarakat sehingga mereka merasa bantuan pengembangan EBT akan bermanfaat.

Ibu Rimbawati menjelaskan bahwa pengembangan EBT di desa tidak berhenti sampai dengan perancangan dan implementasi teknologi, melainkan hingga pemberian pengetahuan tentang cara penggunaannya. Dalam pengembangan EBT di desa-desa binaan, setelah proses pembangunan EBT selesai beliau selalu memberikan pelatihan terkait cara pengoperasian dan troubleshooting. Pelatihan dilakukan dalam kurun waktu 15 hari sampai masyarakat benar-benar bisa mengantisipasi dan mengatasi apabila terjadi masalah pada peralatan tersebut. Selain itu, beliau tetap mendampingi desa binaan sampai masyarakat benar-benar menguasai alih teknologi yang telah diberikan.

Webinar dilanjutkan dengan sesi diskusi dan tanya jawab. Pada sesi ini Ibu Rimbawati mengungkapkan bahwa dalam pengabdian yang sesungguhnya, kesiapan alih teknologi jauh lebih diutamakan. Oleh karena itu, saat awal kegiatan sosialisasi program, beliau selalu memberikan pengetahuan awal terkait EBT secara mendetail. Kegiatan sosialisasi dilakukan dengan cara diskusi dan pembagian tugas/ peran masyarakat dalam pengembangan EBT agar mereka memiliki rasa tanggung jawab.

Kaitannya dengan pendanaan program pengembangan EBT, Ibu Rimbawati menyampaikan bahwa bantuan tidak harus dalam bentuk uang melainkan dapat berupa alat-alat yang dibutuhkan. Beliau juga menjelaskan cara untuk mendapatkan bantuan alat yaitu dengan merincikan kebutuhan peralatan beserta spesifikasinya dalam proposal. Selanjutnya, donatur dapat melihat rincian tersebut dan memilih peralatan mana yang akan mereka bantu sediakan.

Dalam sesi diskusi dan tanya jawab terdapat salah satu peserta yang meminta saran terkait pengembangan potensi air terjun menjadi EBT. Hal ini direspon Ibu Rimbawati dengan penjelasan bahwa sebenarnya pengembangan mikrohidro ataupun pembangkit tenaga air tidak berfokus pada air terjun. Akan tetapi lebih pada air yang mengalir serta dimana letak yang pas untuk menciptakan terjun. Terjun dapat diciptakan melalui pipa-pipa dengan ketinggian tertentu sehingga dapat menghasilkan energi besar. Oleh karena itu, saat survei awal perlu diperhatikan debit air sebelum dan sesudah terjun, kecepatan air, hingga volume airnya. Selain itu, perlu dilakukan pemetaan awal untuk keberlangsungan EBT. Pemetaan awal ini menjadi penentu utama untuk memastikan apakah akan ada jaringan PLN yang masuk atau tidak sehingga proses pembangunan EBT tidak sia-sia.

Sebagai penutup, mewujudkan desa mandiri energi dapat dilakukan dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada di desa. Pengembangan desa mandiri energi tidak serta merta fokus pada perencanaan teknis saja, namun perlu memperhatikan kondisi masyarakat dan keberlangsungan program yang dijalankan. Selain itu, keberlanjutan desa mandiri energi juga perlu didukung oleh kebiasaan masyarakat untuk menghemat penggunaan energi dalam kehidupan sehari-hari. (ZNF/OBR)