Berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional diketahui bahwa pada tahun 2021 komposisi jenis sampah sisa makanan di Indonesia memiliki persentase terbesar yaitu 40,26%. Hal yang sama juga terjadi di Kota Yogyakarta, dimana 53,51% dari sampah yang dihasilkan merupakan sampah sisa makanan. Oleh karena itu, sampah sisa makanan menjadi tantangan bersama yang perlu ditangani hingga akarnya.

Gambar Komposisi Sampah berdasarkan Jenis Sampah di Kota Yogyakarta tahun 2021
Sumber: https://sipsn.menlhk.go.id/sipsn/
Salah satu terobosan pengelolaan sampah dilakukan oleh Forum Komunikasi Winongo Asri (FKWA), yang berlokasi di Kelurahan Kricak, Kemantren Tegalrejo, Kota Yogyakarta. FKWA mengembangkan inovasi pengelolaan sampah organik dengan biokonversi maggot BSF (Black Soldier Fly). Maggot BSF atau belatung adalah larva dari lalat Black Soldier Fly dengan nama latin Hermetia Illucens. Maggot berguna dalam proses penguraian bahan-bahan organik karena Maggot mengkonsumsi sampah sayuran dan buah. Kemampuan Maggot dalam mengurai sampah sangat cepat. Dalam waktu 24 jam 10.000 ekor Maggot BSF dapat mengurai 5 kg sampah organik. Maggot juga mampu memakan sampah organik sebanyak 2 hingga 5 kali berat badannya per hari.
Cara budidaya Maggot tergolong mudah, alat yang dibutuhkan berupa kandang lalat BSF yang terbuat dari kayu atau papan yang bercelah sebagai tempat kawin Maggot, wadah kecil untuk penetasan telur, dan rak untuk tempat pembesaran maggot. Kandang ditutup kawat atau kasa dan diletakkan di tempat yang terkena sinar matahari.
- Gambar Pengembangan Maggot BSF untuk Pengelolaan Sampah Sumber: Dokumentasi Caritra.org
- Gambar Pengembangan Maggot BSF untuk Pengelolaan Sampah Sumber: Dokumentasi Caritra.org
Dalam bidang peternakan maupun pertanian, Maggot juga memiliki manfaat tersendiri. Maggot dimanfaatkan masyarakat sebagai sumber kompos atau pupuk organik yang tidak berbau. Penggunaan maggot untuk pertanian juga dapat menekan penggunaan pupuk berbahan kimia. Sementara itu, dalam bidang peternakan Maggot dapat dijadikan pakan unggas dan ikan karena memiliki nilai protein yang tinggi yaitu mencapai 51%.
Dalam upaya pengelolaan sampah, FKWA juga mengajak serta seluruh warga di Kelurahan Kricak melalui sosialisasi yang diberikan pada lingkup terkecil, yaitu RT dan RW. Namun, tidak semua masyarakat berkenan untuk memelihara Maggot secara mandiri. Hal ini karena berbagai alasan, utamanya karena beberapa masyarakat merasa Maggot terkesan menggelikan. FKWA bekerjasama dengan YAKKUM Emergency Unit (YEU), memiliki terobosan untuk menyediakan ember yang dibagikan kepada para warga sebagai tempat mengumpulkan sampah organik. Dimana selanjutnya sampah-sampah ini dikumpulkan untuk dilakukan pengolahan dengan memanfaatkan Maggot. Dengan begitu masyarakat juga dapat berperan serta dalam pengelolaan sampah melalui berbagai cara. Upaya pengelolaan sampah yang dilakukan di Kelurahan Kricak merupakan langkah yang baik dan perlu dicontoh oleh desa-desa lainnya (PNL/SA).
Referensi
Rachman, Bagus. (2019). Budidaya Maggot Upaya Mengolah Sampah Organik. Citarum Harum Juara. diakses melalui: https://citarumharum.jabarprov.go.id/budidaya-magot-upaya-mengolah-sampah-organik/.
DLH Probolinggo. (2021). Pengolahan Sampah Organik dengan Maggot di TPA Seboro. diakses melalui: .https://dlh.probolinggokab.go.id/pengolahan-sampah-organik-dengan-maggot-di-tpa-seboro/.
Ramadhan, Bilal. (2021). Mengolah Sampah dengan Budi Daya Maggot yang Menguntungkan. republika.id. diakses melalui: https://www.republika.co.id/berita/qynny0330/mengolah-sampah-dengan-budi-daya-maggot-yang-menguntungkan.
Nariswari, Agatha Vidya. (2022). Fakta-fakta Penutupan TPST Piyungan, Sampah sampai Menumpuk di Sejumlah Depo. suara.com. diakses melalui: https://www.suara.com/news/2022/05/12/191341/fakta-fakta-penutupan-tpst-piyungan-sampah-sampai-menumpuk-di-sejumlah-depo.