Swasembada energi adalah kemampuan suatu negara untuk memenuhi kebutuhan energinya tanpa bergantung pada impor. Pada tahun 2022, Indonesia mengimpor minyak mentah dan produk minyak senilai US$28 miliar, mencerminkan ketergantungan yang signifikan pada pasar internasional. Pada tahun 2023, konsumsi bensin Indonesia diperkirakan melebihi rekor tahun sebelumnya, yang kemungkinan meningkatkan volume impor.
Pada tahun 2024, nilai impor Indonesia mencapai US$21,22 miliar pada Desember, naik 8,10% dibandingkan November tahun 2024 dan meningkat 11,07% dibandingkan Desember tahun 2023. Data-data ini menunjukkan tren peningkatan ketergantungan Indonesia pada impor energi dalam beberapa tahun terakhir.
Konsep ini penting untuk menjaga kemandirian ekonomi dan ketahanan nasional. Indonesia memiliki potensi besar untuk mencapai swasembada energi karena kaya akan sumber daya alam seperti batu bara, minyak, gas, dan energi terbarukan. Dengan mengurangi ketergantungan pada impor energi, negara dapat menghemat devisa dan meningkatkan stabilitas ekonomi. Swasembada energi juga memastikan pasokan yang aman untuk mendukung kebutuhan industri dan masyarakat.
Energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, air, dan biomassa memiliki peran penting dalam swasembada energi. Menurut Kementerian ESDM, potensi energi terbarukan di Indonesia mencapai 3.686 GW. Bahkan, kajian Institute for Essential Services Reform (IESR) pada tahun 2022 mengindikasikan adanya potensi yang lebih besar. Investasi dalam energi terbarukan tidak hanya mendukung kemandirian energi tetapi juga mengurangi emisi karbon. Dengan teknologi yang tepat, Indonesia bisa menjadi negara mandiri energi sekaligus berkontribusi pada perlindungan lingkungan.
Meskipun memiliki potensi besar, Indonesia menghadapi berbagai tantangan dalam mencapai swasembada energi. Salah satu hambatannya adalah ketidakcukupan produksi minyak bumi yang pada tahun 2023 hanya mencapai 606.000 barel per hari, jauh dibawah kebutuhan konsumsi nasional sebesar 1,6 juta barrel per hari.
Kondisi ini memaksa Indonesia mengimpor minyak sekitar 1 juta barrel per hari, dengan biaya impor mencapai sekitar Rp 500 triliun per tahun, yang menjadi beban signifikan bagi ekonomi nasional. Selain itu, infrastruktur energi yang belum merata juga menjadi kendala, terutama di daerah terpencil. Namun, dengan komitmen pemerintah dan dukungan masyarakat, tantangan ini dapat diatasi secara bertahap.
Untuk mencapai swasembada energi, pemerintah perlu fokus pada pengembangan energi terbarukan dan efisiensi energi. Kebijakan yang mendukung investasi dalam teknologi energi terbarukan harus ditingkatkan. Selain itu, edukasi masyarakat tentang pentingnya efisiensi energi dapat membantu mengurangi konsumsi yang berlebihan. Pembangunan infrastruktur yang merata, seperti jaringan listrik dan distribusi energi, juga sangat penting. Dengan strategi yang terencana, swasembada energi bisa menjadi kenyataan dan mendukung masa depan Indonesia yang lebih mandiri.
Singkatnya, swasembada energi menjadi langkah penting untuk mewujudkan kemandirian ekonomi dan menjaga ketahanan nasional. Namun, hingga tahun 2023, kapasitas terpasang pembangkit listrik energi terbarukan di Indonesia baru mencapai 13.155 MW (setara dengan 13,155 GW), yang berarti hanya sekitar 0,36% dari total potensi energi terbarukan yang diperkirakan mencapai 3.686 GW. Meski menghadapi tantangan, upaya bersama dari pemerintah, industri, dan masyarakat dapat mempercepat pencapaian swasembada energi. Energi yang mandiri tidak hanya memberikan stabilitas ekonomi tetapi juga mendukung keberlanjutan lingkungan. Dengan visi yang kuat, Indonesia dapat menjadi negara mandiri energi dan menjadi model bagi negara lain. (OkR)
Referensi
https://news.detik.com/kolom/d-7627008/mewujudkan-janji-swasembada-energi
https://www.antaranews.com/berita/3921723/kapasitas-terpasang-pembangkit-ebt-di-2023-capai-13155-mw?utm_source