Dengan meningkatnya frekuensi bencana alam di Indonesia, teknologi informasi menjadi kunci dalam sistem peringatan dini, yang dapat menyelamatkan ribuan nyawa dan mengurangi kerugian ekonomi. Data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menunjukkan peningkatan 15% dalam bencana seismik selama dekade terakhir, menegaskan kebutuhan mendesak untuk teknologi mitigasi. Di Kabupaten Jepara, sistem peringatan dini menggunakan layanan radio untuk menyebarkan data seismik, memungkinkan respons cepat dan pengurangan risiko. Teknologi terapan berperan penting dalam membangun desa tangguh dengan meningkatkan kesiapsiagaan dan mengurangi kerentanan terhadap bencana.

Peran Teknologi Terapan dalam Membangun Desa Tangguh

Sistem peringatan dini bencana memanfaatkan teknologi informasi untuk menyediakan data real-time mengenai kondisi lingkungan dan ancaman potensial, sebuah kemajuan yang seharusnya membawa dampak signifikan dalam mitigasi bencana (Eko, 2024). Misalnya, sistem peringatan di Kabupaten Jepara memanfaatkan layanan radio untuk menyebarkan data seismik melalui sinyal radio. Teknologi ini dirancang untuk memberikan peringatan dini kepada masyarakat mengenai aktivitas seismik yang dapat memicu bencana, memungkinkan mereka untuk mempersiapkan diri dan mengurangi risiko bencana.

Pengalaman dari kasus-kasus bencana besar seperti gempa bumi DIY 2006 dan tsunami Aceh 2004 menyoroti kekurangan serius dalam kesiapsiagaan dan komunikasi teknologi. Dalam kedua bencana tersebut, kekurangan informasi yang tepat waktu dan akurat menyebabkan banyak masyarakat terjebak dalam situasi kritis. Kesalahan dalam sistem peringatan atau keterlambatan dalam penyampaian informasi dapat berakibat fatal dan menunjukkan bahwa teknologi saat ini belum mampu menangani kompleksitas situasi darurat secara optimal.

Dalam konteks pembangunan desa tangguh, penerapan teknologi terapan menjadi semakin krusial. Desa sering kali menghadapi keterbatasan infrastruktur dan akses informasi, menjadikan teknologi terapan sebagai alat penting untuk mitigasi bencana. Dengan memanfaatkan teknologi ini, desa dapat memperkuat kapasitasnya dalam menghadapi dan mengelola risiko bencana, serta meningkatkan koordinasi dan respons darurat. Teknologi terapan, seperti sistem peringatan dini, membantu membangun desa tangguh dengan meningkatkan kesiapsiagaan komunitas dan memungkinkan mereka untuk bertindak lebih cepat dan efektif dalam menghadapi bencana

 

Tantangan dan Solusi dalam Implementasi Teknologi Terapan dalam Membangun Desa Tangguh

Implementasi teknologi terapan dalam membangun desa tangguh saat ini masih dihadapkan pada sejumlah tantangan signifikan yang perlu diatasi. Beberapa tantangan tersebut antara lain:

  1. Keterbatasan infrastruktur
    • Banyak desa di daerah terpencil atau kurang berkembang menghadapi masalah infrastruktur dasar seperti akses jalan, jaringan listrik, dan konektivitas internet yang tidak memadai. Tanpa infrastruktur yang memadai, penerapan teknologi canggih seperti sistem peringatan dini dan aplikasi mitigasi bencana menjadi sangat sulit.
  2. Kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM)
    • Penggunaan teknologi dalam manajemen bencana memerlukan keahlian teknis dan pemahaman yang mendalam tentang cara kerja sistem tersebut. Namun, banyak desa kekurangan tenaga kerja yang terlatih dalam teknologi informasi dan manajemen bencana.
  3. Kebutuhan Dana
    • Banyak program teknologi mitigasi bencana memerlukan investasi awal yang besar untuk perangkat, pelatihan, dan pemeliharaan. Data Kementerian Keuangan Indonesia menunjukkan bahwa hanya 25% anggaran pengurangan risiko bencana digunakan secara efektif, sebagian besar terhambat oleh birokrasi dan alokasi yang tidak tepat.

Untuk mengatasi keterbatasan infrastruktur, strategi gotong royong, dan pemanfaatan sumber daya lokal akan efektif. Gotong royong dapat mendukung pembangunan infrastruktur dasar yang diperlukan untuk mendukung teknologi mitigasi. Pemanfaatan sumber daya lokal seperti bahan bangunan dan tenaga kerja juga dapat mengurangi biaya dan mempercepat proses implementasi. Pelatihan dan pendampingan dari ahli juga penting untuk meningkatkan kemampuan SDM dalam mengoperasikan sistem teknologi. Untuk mengatasi masalah pendanaan, perlu dilakukan diversifikasi sumber pendanaan, seperti memanfaatkan dana pemerintah, donor internasional, dan kemitraan swasta. Efisiensi penggunaan anggaran dapat ditingkatkan melalui pengawasan yang ketat dan penyederhanaan proses birokrasi.

Mari atasi tantangan dan dorong penggunaan teknologi terapan dalam membangun desa tangguh dengan komitmen bersama!

(AAR)

 

Sumber:

Webinar Caritra Indonesia 2024 Seri 6 “Teknologi Terapan untuk Membangun Desa Tangguh”