Di tengah pesona pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, Desa Sade berdiri kokoh sebagai penjaga tradisi dan saksi hidup Suku Sasak yang masih terjaga. Desa ini terdiri dari 150 rumah yang dihuni oleh 150 kepala keluarga dengan total penduduk sebanyak 700 orang, dan telah dihuni oleh 15 generasi. Berdasarkan Dinas Pariwisata NTB, dusun ini telah ada sejak sekitar 1.100 tahun yang lalu. Arsitektur tradisionalnya yang unik, ramah lingkungan, dan penuh filosofi membuatnya begitu istimewa. Penasaran? Yuk, kita bahas lebih dalam!
Rumah-rumah di Desa Sade dibangun dari bahan alami seperti bambu, alang-alang, dan tanah liat yang mudah ditemukan di sekitar desa. Setiap komponen rumah memiliki makna mendalam. Atap alang-alang menjaga rumah tetap adem di siang hari dan hangat di malam hari, sementara lantai rumah dilapisi campuran tanah liat dan kotoran kerbau. Struktur bangunan yang sederhana namun kokoh ini dirancang untuk menyesuaikan dengan iklim tropis Lombok. Hemat energi banget, kan? Coba bayangkan rumahmu dibangun dari bahan-bahan alami yang ada di sekitar, tanpa perlu beli bahan mahal atau susah dicari. Itulah yang dilakukan masyarakat Sade. Setiap komponen rumah Sasak memiliki filosofi dan fungsi yang mendalam.
Mungkin terdengar aneh, namun kotoran kerbau ini dipercaya memiliki antiseptik alami yang mampu mengusir nyamuk, membuat lantai nyaman diinjak, dan memberikan kehangatan saat malam tiba. Warga rutin membersihkan lantai rumah dengan kotoran ini, bahkan hingga dua kali seminggu, untuk memastikan lantai tetap bersih dan bebas dari retakan. Keunikan arsitektur ini tidak berhenti di sana. Kuda-kuda atap rumah menggunakan bambu tanpa paku, menunjukkan kearifan lokal yang luar biasa. Setiap rumah juga memiliki pintu masuk rendah yang memaksa tamu untuk sedikit membungkuk sebagai bentuk penghormatan kepada tuan rumah.
Desa Sade memiliki berbagai tipe bale atau rumah, seperti bale tani untuk tempat tinggal sehari-hari, bale barugak sebagai tempat pertemuan, hingga lumbung padi dan bale kodong yang berfungsi sebagai tempat tinggal sementara bagi pasangan muda. Semua jenis bale ini menunjukkan bagaimana masyarakat Sasak menjaga kehidupan sosial dan budaya mereka dengan baik. Meskipun Desa Sade telah menjadi destinasi wisata, penduduknya tetap menjaga tradisi mereka. Mereka menghadapi tantangan modernitas, namun upaya melestarikan arsitektur ramah lingkungan ini tetap menjadi prioritas utama. Rumah-rumah di Desa Sade tidak hanya mencerminkan nilai-nilai budaya tetapi juga menunjukkan bagaimana kita bisa hidup selaras dengan alam.
Dengan memanfaatkan bahan-bahan lokal dan teknik bangunan tradisional, masyarakat Sasak telah menciptakan hunian yang tidak hanya nyaman tetapi juga berkelanjutan. Ini adalah contoh nyata dari bagaimana arsitektur tradisional bisa menjadi inspirasi bagi perencanaan hunian masa depan yang ramah lingkungan. Arsitektur rumah tradisional ini menunjukkan bagaimana Suku Sasak mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitar mereka. Penggunaan bahan-bahan lokal dan teknik bangunan tradisional tidak hanya mengurangi dampak lingkungan tetapi juga mendukung keberlanjutan ekosistem lokal. Tidak ada limbah, tidak ada polusi. Bayangkan jika kita semua bisa melakukan hal yang sama—alam pasti makin sehat!
Rumah tradisional Suku Sasak di Desa Sade adalah contoh nyata dari bagaimana arsitektur tradisional dapat ramah lingkungan, fungsional, dan penuh makna budaya. Di tengah arus modernisasi, Desa Sade menjadi saksi bisu bagaimana kearifan lokal dapat bertahan dan terus memberikan inspirasi bagi perencanaan arsitektur yang berkelanjutan. Jika kamu mencari inspirasi untuk hunian yang ramah lingkungan, Desa Sade adalah tempat yang tepat untuk belajar. Dengan menjaga kearifan lokal, kita bisa berkontribusi pada lingkungan yang lebih sehat dan berkelanjutan. Yuk, kita jaga alam dengan cara yang cerdas dan penuh kearifan lokal! (HPS)
Sumber:
https://wonderfulimages.kemenparekraf.go.id/read/316/desa-sasak-sade
https://indonesia.go.id/ragam/pariwisata/pariwisata/sade-benteng-terakhir-suku-sasak
https://indonesia.go.id/kategori/pariwisata/4627/pesona-keunikan-desa-sade-lombok?lang=1
https://nationalgeographic.grid.id/read/13298179/mengintip-budaya-suku-sasak-di-desa-sade?page=all