Berbicara tentang Hari Lahir Pancasila tahun ini pada Selasa (1/6/2021), sebagian orang lebih mengenal Kota Ende dan Gedung Pancasila yang berkaitan langsung dengan hari besar tersebut. Kendati demikian, terdapat lokasi yang tidak kalah menariknya dan cukup bermakna untuk dikunjungi saat Hari Lahir Pancasila, yakni Desa Pancasila di kaki Gunung Tambora. Desa tersebut mungkin tidak asing di kalangan pendaki yang hendak menuju puncak gunung, desa ini terletak di antara Kabupaten Dompu dan Kabupaten Bima, Pulau Sumbawa.

Desa Pancasila, desa yang penduduknya adalah transmigran dari berbagai wilayah di Indonesia, memiliki sejarah di balik pemberian namanya. Petugas registrasi pendakian Gunung Tambora dan pemilik penginapan di basecamp Desa Pancasila, Syaiful Basri, menuturkan bahwa dahulu, tepatnya saat zaman Soeharto, terjadi pemerataan penduduk.

 

“Orang-orang dari seberang, terutama Jawa, transmigrasi ke pulau-pulau, seperti Sumbawa ini,” ungkap dia beberapa waktu lalu di tengah ekspedisi Jelajah Tanpa Batas. Syaiful melanjutkan, pemberian nama “Pancasila” terjadi sekitar tahun 1980-an oleh Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) pada saat itu. Adapun, penyematan nama dilakukan antar suku bangsa penduduk desa yang beragam. Alhasil, hingga saat ini desa tersebut masih disebut dengan Desa Pancasila.

Sama seperti namanya yakni “Pancasila”, para penduduk yang tinggal di sana rukun dan saling bertoleransi satu sama lain. “Dari awal desa ini tumbuh, sekitar tahun 1970-an, kerukunan antar suku bangsa benar-benar dijunjung. Desa yang isinya para transmigran bisa rukun,” ungkap Syaiful.

Gunung Tambora yang sempat meletus pada 1815 dan memiliki catatan sejarah panjang di kancah nasional dan internasional, menurut Kompas.com, Sabtu (11/4/2015), memiliki empat jalur pendakian. Selain jalur pendakian Gunung Tambora via Pancasila, ada juga jalur via Doro Ncanga, Kawinda Toi, dan Piong. Jika ingin mendaki Gunung Tambora via Pancasila, para pendaki akan melewati Desa Pancasila yang berada pada ketinggian 600 meter dari permukaan laut (mdpl). Desa ini terbilang cukup unik, di sana hanya terdapat beberapa rumah saja. Rumah-rumah tersebut mengelilingi sebuah lapangan besar di tengah desa, satu sisinya terdapat sebuah masjid berukuran besar. Sementara itu, sudut-sudut lain lapangan tersebut kerap dijadikan sebagai tempat untuk para sapi mencari makan. Ada juga sisi yang merupakan rumah dari basecamp pendakian milik Syaiful.

Meski dekat dengan Pintu Rimba, akses menuju Desa Pancasila terbilang cukup mudah. Dari Pelabuhan Poto Tano, calon pendaki hanya perlu melanjutkan perjalanan selama delapan jam via mobil carteran. Jika tiba lewat Bandara Bima, mereka dapat menggunakan bus umum dengan durasi perjalanan sekitar 4-5 jam. Biasanya, bus akan beroperasi hingga 16.00 WITA.

 

Sumber : Kompas.com