Geopark menurut UNESCO adalah sebuah kawasan yang memiliki unsur-unsur geologi terkemuka (outstanding) termasuk nilai arkeologi, ekologi dan budaya yang ada di dalamnya, di mana masyarakat setempat diajak berperan serta untuk melindungi dan meningkatkan fungsi warisan alam. Dua kawasan geopark dari sekian banyak kawasan yang ada di Indonesia adalah Kawasan Geopark Dieng dan Kawasan Geopark Gorontalo. Pengelolaan geopark memiliki tantangan berupa bagaimana menyeimbangkan antara konservasi lingkungan dan pembangunan ekonomi masyarakat.

Menanggapi hal tersebut Caritra kembali menyelenggarakan Webinar Masterplan Desa seri ke-39 dengan mengusung tema “Penataan Kawasan Geopark”. Webinar dilaksanakan pada hari Jumat, 3 November 2023 pukul 14.00- 15.30 WIB melalui zoom meeting dan live streaming Youtube. Hadir dua narasumber yang menjadi pemateri dalam Webinar seri ke-39 ini, yaitu Yayu Indriati Arifin selaku Ketua Pusat Studi ESDM dan Geopark, Universitas Negeri Gorontalo dan Dani Ardiansyah dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Wonosobo.

Materi pertama dibawakan oleh Yayu Indriati Arifin. Beliau menyampaikan materi dengan judul “Penataan Kawasan Geopark dan Tata Kelola Geopark Gorontalo”. Beliau menjelaskan, Indonesia memiliki potensi geopark yang luar biasa, karena karakteristik geologi yang beragam. Sayangnya, saat ini Indonesia belum memiliki geopark dengan manajemen yang bagus. Geopark sendiri harus memiliki keunikan, baik pada kekayaan geologi, hayati ataupun budaya. Tujuan dari dibentuknya sistem pengelolaan geopark adalah untuk pelestarian geoheritage, geodiversity, biodervisity, cultural diversity dan pembangunan masyarakat. Pengembangan dilakukan bersama-sama antara pemerintah pusat, daerah dan pemangku kepentingan. Komponen dalam tata kelola geopark mencakup tujuan pengelolaan, aktor-aktor yang terlibat, serta kegiatan-kegiatan yang akan dikembangkan dalam kawasan geopark.

Salah satu contoh geopark di Indonesia adalah Geopark Gorontalo. Potensi pariwisata Gorontalo yaitu kekayaan laut dan daratnya yang masih alami. Keanekaragaman alam laut dan darat tersebut dapat dinikmati di Geopark Gorontalo. Gorontalo memiliki lanskap geologis yang kaya dan beragam. Pegunungan dan lembah menghadirkan formasi batuan yang spektakuler termasuk batuan vulkanik, sedimen dan batuan beku. Batuan-batuan yang terbentuk jutaan tahun lalu tersebut mengisahkan kisah evolusi bumi yang menakjubkan. Gorontalo juga memiliki kekayaan di laut yaitu terumbu karang. Dalam pengembangan geopark, harus ada pendekatan bottom up approach (melibatkan masyarakat) yang efisien. Salah satu bentuk wisata yang dikembangkan oleh pengembang Geopark Gorontalo adalah yang bertujuan untuk membuat masyarakat lebih memahami mengenai geopark.

Materi selanjutnya disampaikan oleh Dani Ardiansyah yaitu “Peran Geopark Dieng bagi Desa”. Beliau menjelaskan bagaimana pengelolaan geopark harus melewati proses yang panjang dan keterlibatan dari berbagai pihak. Contohnya adalah Geopark Dieng sebagai destinasi pariwisata yang luhur, lestari dan mendunia yang memiliki memiliki pilar utama yaitu edukasi, konservasi, ekonomi, dan means of implemention dalam satu visi misi.

Beliau menjelaskan, terdapat tiga kebijakan dari sembilan penerjemahan misi edukasi dalam pembuatan geopark yaitu: 1) Peningkatan penelitian, pengembangan dan pemanfaatan teknologi untuk mendukung perkembangan Geopark Dieng, 2) Peningkatan relevansi edukasi dan perluasan informasi untuk meningkatkan pemahaman mendukung pengembangan Geopark Dieng, dan 3) Peningkatan kapasitas pemangku kepentingan dalam pengembangan dan pengelolaan Geopark Dieng.

Webinar ini kemudian dilanjutkan sesi tanya jawab yang disambut antusias oleh peserta. Pada Sesi ini Yayu Indriati Arifin dan Dani Ardiansyah menjawab beberapa pertanyaan.

  1. Dalam pengelolaan geopark, bagaimana upaya pemerintah bersama dengan masyarakat untuk mengatasi isu degradasi lingkungan, kebakaran hutan, atau perubahan iklim?

 

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Dani Ardiansyah menjelaskan “Dalam penataan geopark diperlukan keseimbangan dalam 3 pilar yang telah disebutkan, termasuk masalah-masalah lingkungan. Beberapa lokasi yang menjadi bagian geopark merupakan kawasan lindung. Jika hanya mengembangkan pilar ekonominya sedangkan pilar konservasi menjadi minor, maka akan menimbulkan bahaya bagi keberlanjutan geopark. Sehingga, perlu dipikirkan juga mengenai daya tampung lingkungan terhadap wisatawan.”

 

  1. Bagaimana langkah terbaik untuk menyelaraskan pengembangan pengelolaan wisata dengan mempertimbangkan kondisi pelestarian flora dan fauna atau ekosistem habitat tetap terjaga?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut Yayu Indriati Arifin menjelaskan, “Dalam pengembangan geopark harus mempertimbangkan data tampung. Karena pada dasarnya geopark termasuk kawasan konservasi berbeda dengan wisata pada umumnya. Geopark adalah kawasan yang berkelanjutan. Para pemerhati geopark ataupun wisatawan yang berkunjung harus dipersiapkan untuk mencegah kerusakan dan tetap memperhatikan tiga pilar yaitu konservasi, edukasi dan ekonomi.”

  1. Bagaimana pendapat bapak/ibu terkait dengan penerapan konsep geopark di Taman Nasional Komodo yang ramai dibahas belakangan ini? Apakah konsep geopark sesuai untuk diterapkan di lokasi tersebut? Dan jika sesuai bagaimana solusi yang dilakukan agar habitat Komodo tetap terjaga?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Dani Ardiansyah menjelaskan, “Saya pernah berkunjung ke salah satu spot wisata di Labuan Bajo, dimana masyarakat belum teredukasi. Sering kali, konsep geopark yang digunakan sudah benar dengan mengikuti tiga pilar dan dijabarkan menjadi visi-misi. Tetapi kadang, pembangunan manusia berbeda dengan pembangunan fisik dan infrastruktur. Pembangunan infrastruktur memang biasanya lebih cepat dibandingkan dengan pembangunan manusia. Maka, diperlukan pembelajaran terkait pilar edukasi, sehingga harus dikuatkan serta dilakukan percepatan sumber daya manusia.”

Sebagai penutup, dapat disimpulkan bahwa dalam pembentukan geopark terdapat tiga pilar yang perlu diperhatikan, yaitu pilar konservasi, pilar edukasi dan pilar ekonomi. Selain itu dalam pengembangan geopark diperlukan adanya kerja sama antara pemerintah selaku pemegang keputusan sekaligus masyarakat. (BWK)