Desa Sebubus merupakan salah satu desa di Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat. Desa ini memiliki potensi kepesisiran yang besar, seperti pantai dan laut yang alami, serta habitat penyu yang merupakan tempat bertelur penyu terpanjang di Indonesia. Desa ini juga memiliki hutan mangrove yang merupakan habitat bagi satwa-satwa langka. Lalu, apa saja potensi desa yang dekat dengan perbatasan Indonesia-Malaysia ini?

Sumber : M. Resnu A, dkk., 2022

Sumber : RTRW Kabupaten Sambas, 2011

Potensi kepesisiran yang ada di Desa Sebubus cukup besar. Dengan potensi tersebut, pemerintah daerah kemudian menetapkan Desa Sebubus sebagai Desa Wisata (Keputusan Bupati Sambas No. 33/ DISPARPORA/2022). Selain itu, Kecamatan Paloh juga ditetapkan sebagai Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD), untuk menjaga keseimbangan ekosistem laut dan satwa langka (Permen Kelautan dan Perikanan No. 31 Tahun 2020 dan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 93 Tahun 2020). Hal ini dilakukan untuk menangani meningkatnya eksploitasi terhadap ekosistem yang ada.

Desa Sebubus memiliki beberapa pantai yang menjadi daya tarik pariwisata yang menyajikan panorama pantai yang indah. Terdapat empat pantai utama yang ada di Desa Sebubus, yaitu Pantai Tanjung Api, Pantai Sungai Belacan, Pantai Samudera Rindu dan Pantai Kampak Indah. Masing-masing pantai memiliki ciri khas tersendiri.

Pantai Tanjung Api merupakan pantai yang menjadi pusat habitat peneluran dan penangkaran penyu. Di pantai ini, pengunjung dapat mempelajari terkait proses penyu bertelur, menyaksikan proses relokasi penyu ke tempat penetasan semi alami, atau menyaksikan pelepasan anak penyu (tukik) ke laut. Di Pantai Tanjung Api juga terdapat camping ground dan homestay. Hanya saja Kawasan Pantai Tanjung Api ini berdampingan dengan Kawasan Zona Merah (Zona Konservasi). Perlu kehati-hatian dalam berkegiatan di kawasan Zona Konservasi yang ada di Zona Merah terutama di Pantai Tanjung Api.

Penangkaran penyu juga terdapat di Pantai Sungai Belacan. Pengunjung dapat menyaksikan proses penyu bertelur yang tersebar disepanjang bentang Pantai Sebubus melalui Pantai Sungai Belacan atau pelepasan penyu ke laut. Di Pantai Belacan juga terdapat menjadi tempat pengembangbiakan madu kelulut sebagai alternatif dan konversi ekonomi dari adanya pembatasan kawasan konservasi di area tersebut.

Selanjutnya, pada Pantai Kampak Indah memiliki tempat penangkaran penyu, sekaligus ubur-ubur pada musim tertentu. Pantai ini dikelola secara swadaya dengan memanfaatkan dana dari masyarakat dan kelompok sadar wisata (pokdarwis) setempat. Pengunjung pantai tidak dikenakan tarif untuk memasuki kawasan pantai ini.

Berbeda dengan ketiga pantai sebelumnya, Pantai Samudera Rindu dikelola oleh perorangan dan pengunjung dikenakan tarif masuk. Pemasukan dari pengunjung digunakan untuk operasional pengelolaan wisata pantai. Pada pantai ini disediakan homestay, gazebo dan panggung pertunjukan yang dapat digunakan oleh pengunjung.

Secara keseluruhan, hampir seluruh pantai di Desa Sebubus memiliki sarana dan prasarana pendukung pariwisata yang cukup baik, kecuali pada Pantai Kampak Indah. Hal ini disebabkan karena kurangnya dana operasional yang dimiliki oleh pengelola. Dan disisi lain Pembangunan di kawasan yang berdampingan dengan Zona Merah (konservasi) perlu kehati-hatian dalam pengembangan wisata dan pemenuhan prasarana dan sarananya yang ada. Walaupun sarana dan prasarana pada Pantai Sungai Belacan, Pantai Tanjung Api, Pantai Samudera Rindu sudah cukup baik, namun masih diperlukan pengelolaan secara intensif dan peningkatan kualitas kebersihan dan kenyamanan.

Selain potensi pantai, Desa Sebubus juga memiliki potensi hutan mangrove. Hutan mangrove ini terletak di Dusun Setinggak, memiliki luas 2,918 Ha, berstatus sebagai Area Penggunaan Lain (APL), dan dikelola oleh kelompok tani Kalilaek dan Green Leaf. Hutan mangrove ini merupakan habitat satwa langka seperti bekantan, owa, lutung, burung air dan kepiting. Masyarakat Desa Sebubus memanfaatkan hutan mangrove ini sebagai tambak udang dan ikan untuk menambah penghasilan mereka. Selain itu, hutan mangrove memiliki peran penting dalam penyerapan karbon, penahan abrasi dan penahan angin (Masiyah & Sunarni, 2015). Hutan mangrove ini dapat dikatakan sebagai ekosistem kunci dan ekosistem penunjang utama di Desa Sebubus sehingga sangat cocok untuk dikembangkan sebagai ekowisata yang mendukung edukasi, penelitian dan pengembangan terkait mangrove pada kawasan pesisir.

Desa Sebubus juga memiliki objek wisata spiritual yaitu Situs Batu Bejamban di Hulu Sungai Paloh. Situs ini memiliki batu alam yang indah dan memiliki cerita misteri yang menjadi daya tarik pengunjung. Situs ini juga dianggap memiliki nilai spiritual yang tinggi karena dipercaya sebagai pusat peradaban gaib dan digunakan untuk tempat melatih kemampuan spiritual. Pada situs ini juga disediakan tempat beristirahat bagi pengunjung yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana pendukung. Terdapat juga hutan lindung yang menjadi habitat arwana dan primata uwak-uwak (Disparpora Sambas, 2023).

Desa Sebubus membudidayakan lebah kelulut yang madunya dapat diolah menjadi sabun. Selain itu, masyarakat Desa Sebubus mengolah buah mangrove menjadi berbagai produk olahan seperti sirup dari buah mangrove, selai mangrove dan aneka makanan dan minuman lainnya (Sambastimes.com, 2023). Hasil dari sektor perikanan Desa Sebubus berupa ikan laut yang kemudian diolah menjadi ikan asin, dan udang yang diolah menjadi belacan. Belacan (terasi) merupakan bumbu masak dengan aroma yang kuat yang terbuat dari udang yang dihaluskan dan difermentasi. Pengolahan tersebut dilakukan untuk meningkatkan nilai jual dari produk.

Secara umum, Desa Sebubus memiliki banyak potensi yang dapat dikembangkan oleh masyarakatnya, mulai dari ekowisata, wisata bahari, wisata spiritual, dan produk olahan. Potensi ekowisata adalah berupa konservasi penyu dan ubur-ubur serta hutan mangrove. Wisata bahari berupa Pantai Belacan, Pantai Tanjung Api, Pantai Rindu Samudera, Pantai Kampak Indah serta Wisata Bahari Madu Kelulut. Wisata spiritual adalah Situs Batu Bejamban yang memiliki nilai religi. Produk olahan terdiri dari budidaya madu kelulut, perkebunan, pertanian, dan hasil perikanan.

Dengan banyaknya potensi tersebut, ternyata masyarakat desa belum mampu memanfaatkan potensi desa dengan optimal. Untuk mengoptimalkan potensi desa tersebut seharusnya dibentuk paket wisata yang terstruktur yang dikelola oleh masyarakat setempat dengan didampingi oleh pemerintah desa serta pihak lainnya. Melalui paket wisata tersebut potensi Desa Sebubus dapat dipromosikan secara luas dan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat desa. (DDKA/VM)

 

 

 

Referensi :

Amahesi, M. Resnu, Erni Y., Vetti P. 2022. Pemetaan Wisata dan Deskripsi Sebaran Potensi Wisata di Sepanjang Jalan Sambas-Paloh. Jurnal Teknik Kelautan, PWK, Sipil dan Tambang. Vol. 9 (1) : Hal. 2-8.

Istiqamah, Nur. dkk. 2014. Analisis Finansial Ekowisata Hutan Mangrove di Sebubus Kecamatan Paloh. Jurnal Social Economic of Agriculture. Vol. 3 (1) : Hal. 45 – 52.

Masiyah, S., & Sunarni, S. (2015). Komposisi Jenis Dan Kerapatan Mangrove Di Pesisir Arafura Kabupaten Merauke Provinsi Papua. Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan, Vol. 8 (1) : Hal. 60-68.

https://disparpora.sambas.go.id/batu-bejamban-tidak-menakutkan-seperti-yang-dibayangkan/

https://disparpora.sambas.go.id/penetapan-desa-sebubus-sebagai-desa-wisata-di-kabupaten-sambas/

https://sambastimes.com/pecinta-mangrove-kalilaek-ajak-lestarikan-hutan-mangrove/