Proses pelaksanaan penyusunan Masterplan Desa Wisata Lestari Kumejing menerapkan prinsip triple helix pemangku kepentingan dan tridaya pembangunan. Dalam penyusunan Masterplan Desa Wisata Lestari Kumejing ini masterplandesa.com bekerja sama dengan Pemerintah Desa Kumejing, Kelompok Masyarakat di Desa Kumejing, Dinas Pariwisata Kabupaten Wonosobo, Dinas PU Kabupaten Wonosobo,  BAPPEDA Kabupaten Wonosobo, dan seluruh masyarakat Desa Kumejing.

 

Kegiatan yang dilakukan dalam penyusunan Masterplan Desa Wisata Kumejing:

 

Produk rencana berbasis komunitas dan kelestarian alam ini diharapkan dapat memuat arahan rencana dan program-program pembangunan kawasan permukiman yang komprehensif, terpadu dan berkelanjutan dengan mengedepankan prinsip – prinsip perencanaan partisipatif dan pendekatan Tridaya (fisik/lingkungan, sosial dan ekonomi). Sehingga masyarakat mampu belajar mengelola pembangunan permukiman secara mandiri dengan tetap melakukan kolaborasi pembangunan komunitas dan permukiman dengan prinsip good governance.

 

PROFIL DESA KUMEJING

Desa Kumejing merupakan desa dengan luas wilayah 707 Ha yang terletak di Kecamatan Wadaslintang, Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah. Lahan di Desa Kumejing sebagian besar belum terbangun dan masih hijau, sedangkan untuk lahan terbangun didominasi permukiman. Kawasan permukiman di Desa Kumejing terbagi menjadi 4 (empat) dusun yaitu Dusun Kiringan, Dusun Kedungbulu, Dusun Brondong, dan Dusun Rejosari.

Administrasi Desa Kumejing

Desa Kumejing dihuni oleh lebih dari 2400 jiwa yang bermata pencaharian sebagai petani, peternak, buruh tani, tukang/ buruh bangunan, nelayan, pesanggem, jasa penyeberangan dengan perahu, pedagang, usaha kecil dan beberapa diantara lain sebagai pegawai negeri.

Desa Kumejing masih memegang kebudayaan dan ritual adat yang hingga kini dilakukan masyarakat diantaranya Ritual Suluk yang dilakukan sebagai Peringatan Bulan Sura, Ritual Merdi Desa, Ritual Baritan yang dilakukan setelah masa panen selesai, Wayangan, Tari Lengger, Gambus, dan Kuda Lumping.

Topografi Desa Kumejing terletak diketinggian, sehingga terdapat perbukitan yang memiliki pemandangan yang indah. Potensi tersebut didukung dengan budayanya yaitu Rumah Adat “Brunjungan” dan UMKM yang dikelola masyarakat sehingga dapat diintegrasikan untuk pengembangan pariwisata di Desa Kumejing. Sumberdaya Alam dan Sumberdaya Manusia yang ada di Desa Kumejing dapat dikembangkan untuk mendukung pengembangan pariwisata.

 

Waduk Wadaslintang yang berada di beberada desa yang salah satunya Desa Kumejing ini, membawa potensi berupa wisata air. Keberadaan Waduk Wadaslintang membawa potensi untuk pengembangan wisata, transportasi air, dan sumber air untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Saat ini sudah terdapat dermaga untuk berlabuh perahu atau kapal, namun kondisinya belum sesuai untuk wisata. Kedepannya dapat dikembangkan transportasi air khusus untuk wisata dan terintegrasi dengan objek wisata yang ada di Desa Kumejing.

 

ANALISIS POTENSI DAN MASALAH DESA

  • Potensi Desa
    1. Desa Kumejing memiliki potensi wisata air karena keberadaan Waduk Wadaslintang. Selain itu adanya Barisan Bukit Indrakila dapat menjadi pendukung obyek Wisata Air Kumejing.
    2. Pemerintah dan kelembagaan yang ada di Desa Kumejing memiliki antusiasme dan optimisme untuk mengembangkan wisata di desanya. Visi misi desa juga telah tersosialisasikan dengan baik kepada seluruh warga, sehingga pengembangan wisata mendapatkan dukungan penuh dari seluruh elemen masyarakat di Desa Kumejing.
    3. Terdapat potensi di bidang kesenian dan kerajinan berupa ritual, kegiatan kesenian, serta keagamaan yang bisa menjadi magnet bagi wisatawan yang berkunjung ke Desa Kumejing. Kegiatan kesenian dalam wujud fisik maupun non fisik perlu mendapat pendampingan dalam pengelolaan dan pengarahan dengan baik sehingga dapat menjadi elemen kuat dalam membentuk identitas Desa Wisata Kumejing.
    4. Terdapat banyak objek wisata di Desa Kumejing. Lokasi potensi obyek wisata di Desa Kumejing tersebar di berbagai titik, sehingga pengembangan wisata harus memperhatikan aksesibilitas dan integrasi antar objek wisata yang ada.
  • Masalah Desa
    1. Infrastruktur di Desa Kumejing menjadi prioritas utama yang harus dibenahi guna mendukung kegiatan kepariwisataan. Peningkatan aksesibilitas melalui jalur darat dan jalur air membutuhkan kerjasama dengan beberapa desa di sekitar waduk untuk menarik wisatawan berkunjung ke Desa Kumejing.
    2. Minimnya ketersediaan air bersih untuk konsumsi. Beberapa warga sudah menggunakan sumber air dari sumur tanah, namun mayoritas warga masih bergantung dari sumber air dari desa sebelah dan mengandalkan air waduk yang tidak terjamin kualitas airnya untuk kebutuhan sehari-hari. Kondisi tersebut harus dibenahi dan direncanakan sesuai kebutuhan.
    3. Jaringan listrik Desa Kumejing berasal dari PLN Kabupaten Kebumen dengan tingkat pemadaman listrik yang sering terjadi dalam kurun waktu lama. Hal tersebut dikarenakan aksesibilitas ke Desa Kumejing yang kurang baik, sehingga memakan waktu lama untuk sampai ke desa bila dibutuhkan pembenahan. Ketersediaan listrik untuk akses keamanan jalan juga masih sangat kurang.
    4. Kondisi topografi Desa Kumejing berupa tanah liat yang berbukit, memerlukan adanya upaya mitigasi atau pencegahan bencana di kawasan wisata maupun permukiman.
    5. Perlunya sosialisasi dengan desa lain mengenai visi dan rencana pengembangan Desa Kumejing sebagai desa wisata. Hal tersebut dikarenakan beberapa obyek wisata masih terbagi dengan desa lain dan berbatasan langsung dengan desa lain.

 

KONSEP WISATA DESA KUMEJING

Pembangunan pariwisata Desa Kumejing dilakukan dengan Konsep A.B.C.D (Asset – Based Community Development). Konsep ini berarti Desa Kumejing akan membangun pariwisata dengan mengintegrasikan seluruh aset yang dimiliki desa yaitu:

  • Potensi wisata,
  • Sumberdaya alam,
  • Sumberdaya manusia, dan

 

Desa Kumejing memiliki konsep tagline “Kumajeng Kondhang, Hayune Rekso” yang berarti pengembangan wisata yang dilakukan akan mengangkat potensi – potensi yang belum dikelola sehingga dapat menjadi berlian yang berharga bagi Desa Kumejing di mata Nusantara dan Dunia. Diharapkan Desa Wisata Kumejing dapat menjadi destinasi wisata domestik maupun internasional dengan diikuti peningkatan nilai ekonomi masyarakat lewat pengelolaan pariwisata dan pengelolaan infrastruktur pendukung wisata.

Berdasarkan potensi yang dimiliki, pembangunan wisata di Desa Kumejing dibagi menjadi 7 (tujuh) zona pengembangan yaitu:

Zona 1: Dermaga Kumejing

Akses utama menuju Desa Kumejing jika menggunakan jalur transportasi air. Lama perjalanan yang dibutuhkan sekitar 45 menit dengan kapal penumpang dengan kecepatan rata – rata 40 km per jam. Selama perjalanan, wisatawan akan disuguhi pemandangan gugusan Bukit Indrakila dan Waduk Wadaslintang.

 

Zona 2: Curug Bandung

Curug Bandung adalah wahana wisata air di Desa Kumejing yang dapat diakses dengan mudah oleh wisatawan. Di lokasi ini wisatawan dapat bermain air dengan aman karena curug ini memiliki debit air yang rendah. Wisatawan juga dapat menikmati sensasi menangkap ikan secara tradisional.

 

Zona 3: Pekarangan Rumah

Warga Kumejing memiliki pekarangan rumah yang luas dengan kondisi tanah subur. Setiap pekarangan rumah akan ditanami pohon kelapa kopyor yang bernilai ekonomi tinggi beserta penangkap kelapa untuk menangkap kelapa yang jatuh. Selain itu juga dikembangkan hidroponik berupa tanaman sayur dan obat dengan rangka bambu, sehingga kebutuhan sayur sehari-hari dan obat alternatif dapat terpenuhi tanpa harus menyeberang waduk untuk berbelanja.

 

Zona 4: Bukit Cinta

Jika wisatawan berkunjung ke Bukit Cinta sebelum matahari terbit, maka mereka dapat menikmati pemandangan sunrise yang indah. Untuk mencapai Bukit Cinta, wisatawan harus berjalan kaki sejauh 750 meter dengan jarak tempuh sekitar 15 menit dari titik awal pendakian.

 

Zona 5: Panggung Surudan

Panggung Surudan menawarkan wisata tepi danau berupa wahana atraksi panggung, kuliner, dan homestay. Wisatawan akan disuguhi air mancur apung pada siang hari, serta air mancur menari pada malam hari. Panggung Surudan dapat dicapai melalui jembatan apung kapal yang menghubungkan antara daratan dengan area yang terapung di atas air.

 

Zona 6: Curug Brondong

Curug Brondong memiliki debit air yang lebih tinggi dibandingkan Curug Bandung. Wisatawan dapat bercengkrama dan beraktivitas bersama masyarakat setempat dalam memanfaatkan air di Curug Brondong. Objek wisata ini sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai untuk wahana permainan air.

 

Zona 7: Puncak Indrakila

Puncak Indrakila merupakan salah satu spot dataran tinggi di Desa Kumejing yang menyuguhkan pemandangan sunset dan sunrise yang indah di waktu yang tepat. Kawasan ini dapat di akses dengan berjalan kaki selama 30 menit dari titik awal pendakian melalui jalan setapak dengan medan yang cukup sulit.

 

PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN DESA

  1. Pembangunan Kawasan Wisata Dermaga Kumejing

Dermaga Kumejing menjadi gerbang masuk utama desa dan menjadi penghubung untuk berbagai kegiatan baik sosial, budaya, ekonomi, dan wisata dari desa lain ke Desa Kumejing. Konsep pengembangannya adalah dengan penguatan identitas kelokalan desa yang diwujudkan dengan penggunaan material lokal sebagai simbolisasi kekayaan sumber daya alam dan pembangunan Rumah Adat Brunjung sebagai aset desa.

Desain Dermaga Kumejing

 

 

  1. Pengembangan Permukiman Warga

Pemukiman warga menjadi salah satu potensi di Desa Kumejing. Mewujudkan tata pola pemukiman dengan baik guna memberikan kenyamanan dan wujud keramahtamahan masyarakat terhadap alam dan wisatawan. Konsep perencanaannya dilakukan dengan pengelolaan pekarangan rumah warga yang ditanami pohon kelapa kopyor beserta pelingkupnya, tanaman obat dan sayur hidroponik sebagai wujud antisipasi dan kesiapan, serta tata kelola visual yang akan menjadi identitas desa.

Desain Permukiman Warga

 

  1. Pengembangan Panggung Surudan

Melestarikan air dengan pengelolaan potensi tanah surudan di area Waduk Wadaslintang yang menjadi bagian dari Desa Kumejing. Pengembangannya dilakukan dengan pembangunan kawasan menjadi pusat kegiatan wisata air, penginapan, jual beli baik jasa, kerajinan, maupun kuliner khas desa. Konsep pembangunannya dilakukan dengan tetap mempertahankan identitas atap kampung sebagai aset dan pemanfaatan material lokal.

Desain Panggung Surudan