Indonesia, sebagai negara agraris dengan lahan pertanian mencapai 45 juta hektar, memiliki potensi besar dalam sektor pertanian, terutama komoditas padi yang menjadi makanan pokok bagi lebih dari 281 juta penduduk (Kementerian Pertanian, 2024). Namun, di Indonesia, khususnya Pulau Jawa, metode pertanian ramah lingkungan semakin ditinggalkan. Mayoritas petani sangat bergantung pada bahan kimia seperti pestisida dan pupuk sintetis untuk meningkatkan hasil panen. Indonesia menjadi salah satu dari tiga negara pengguna pestisida terbesar di dunia pada 2021, setelah Brazil, dan Amerika Serikat. Penggunaan pestisida Indonesia tercatat mencapai 283 kiloton pada 2021. Sayangnya, penggunaan pestisida dan pupuk kimia ini dapat merusak keseimbangan tanah. Dalam jangka panjang, bahan-bahan kimia tersebut bahkan dapat menyebabkan degradasi dan penurunan kesuburan lahan.

Sebagai respons terhadap tantangan tersebut, di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, terdapat sebuah kampung yang menerapkan metode pertanian berkelanjutan yang memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitarnya. Kampung tersebut adalah Kampung Mina Padi Samberembe, yang terletak di Padukuhan Samberembe, Kalurahan Candibinangun, Kapanewon Pakem. Kampung ini tidak hanya menjaga kelestarian lingkungan tetapi juga meningkatkan pendapatan petani sebesar 20 hingga 25 persen dibandingkan dengan metode konvensional.

Dengan luas lahan sekitar 3-4 hektare, berbagai inovasi usaha telah dikembangkan, seperti mina cabai, mina timun, kolam buster, pakan mandiri, bibit nila remaja dan konsumsi, pasar ikan, serta sistem mina padi yang dilengkapi dengan kincir air. Kampung Mina Padi Samberembe memproduksi 17,92 ton ikan konsumsi setiap tahunnya. Jenis ikan yang dibudidayakan adalah ikan nila, yang mudah dipelihara dan memiliki pangsa pasar yang baik.

Selain bidang pertanian, Kampung Samberembe juga telah bertransformasi menjadi desa wisata melalui program Kampung Mina Wisata Technopark. Pengunjung dapat menikmati paket makan seharga 15 ribu hingga 35 ribu rupiah, serta paket edukasi seharga 700 ribu rupiah. Beberapa kelompok masyarakat berpartisipasi dalam pengembangan kampung ini, termasuk Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Mina Muda, Kelompok Pengolah dan Pemasar (Poklahsar) Mina Laras Mandiri, Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), dan Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan (P2MKP) Mina Padi Mino Mudo. Hingga saat ini, Kampung Mina Padi Samberembe telah melibatkan banyak kelompok masyarakat dalam pengelolaan Mina Wisata Technopark Samberembe, dengan 50 orang yang mengelola mina padi, 4 ibu-ibu yang mengolah produk, 20 anggota pokdarwis yang mengelola wisata, serta 60 orang yang aktif di pasar tiban.

Kampung Mina Padi Samberembe adalah contoh konkret bagaimana inovasi pertanian berkelanjutan dan diversifikasi ekonomi melalui pariwisata dapat berhasil ketika didukung oleh kerjasama yang kuat. Melalui kontribusi dari berbagai kelompok seperti Kelompok Pembudidaya Ikan, Kelompok Pengolah dan Pemasar, serta Kelompok Sadar Wisata, kampung ini tidak hanya meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat tetapi juga menjaga kelestarian lingkungan. Kolaborasi ini menunjukkan bahwa pengembangan potensi desa tidak hanya tergantung pada satu pihak, melainkan membutuhkan sinergi dari berbagai elemen untuk mencapai hasil yang berkelanjutan dan memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat. (RAd)

 

 

Daftar Pustaka

Editor (2022, November 21). “Kampung Mina Padi Samberembe, Contoh Sukses Integrasikan Pertanian, Perikanan dan Wisata”. Diakses pada 28 Agustus 2024. https://newscom.id/2022/11/21/kampung-mina-padi-samberembe-contoh-sukses-integrasikan-pertanian-perikanan-dan-wisata/ 

Maulina Ulfa (2023, Februari 17). “Kampung Mina Padi di Sleman Terapkan Sistem Pertanian yang Lebih Berkelanjutan” Diakses pada 27 Agustus 2024 https://greennetwork.id/kabar/kampung-mina-padi-di-sleman-terapkan-sistem-pertanian-yang-lebih-berkelanjutan/

Sinuwun (2024). ”Kebutuhan Lahan Untuk Pangan Capai 13,17 Juta Ha” Diakses pada 30 Agustus 2024. https://pertanian.kulonprogokab.go.id/detil/10/kebutuhan-lahan-untuk-pangan-capai-1317-juta-ha#

Syehan Abhista Berliansyah (2024, Februrari 13). “Pelopor Mina Padi di Kampung Samberembe Menjadi Kiblat Utama Pertanian Berkelanjutan Berdasarkan Aktivitas Kearifan Lokal”. Diakses pada 27 Agustus 2024 https://www.kompasiana.com/syehanabhistaberliansyah9513/65ca9d4ede948f3fb861c8f6/pelopor-mina-padi-di-kampung-samberembe-menjadi-kiblat-utama-pertanian-berkelanjutan-berdasarkan-aktifitas-kearifan-lokal