Berangkat dari cerita rakyat, Kali Gajah Wong kini menjadi salah satu destinasi wisata Kota Yogyakarta yang terdaftar di 500 Besar ADWI (Anugrah Desa Wisata) 2023. Penamaan ”Gajah Wong” adalah bentuk penghormatan dari kerajaan yang konon ada pada abad ke-17 kepada abdi dalem kerajaan dan salah satu gajah kerajaan yang hanyut di kali ini saat banjir tiba. Beberapa dekade silam, pemukiman di sepanjang Kali Gajah Wong, tepatnya Kampung Ponggalan-Karangmiri dan Kampung Mrican merupakan tempat kumuh, tempat pembuangan sampah medis, dan tempat peternakan babi yang kelestariannya tidak terjaga. Padahal Kali Gajah Wong memiliki potensi sebagai wahana wisata air yang unik dan menarik di Kota Yogyakarta.
Upaya dalam menjaga kelestarian lingkungan merupakan tanggung jawab bersama, mulai dari masyarakat hingga pemerintah. Pada tahun 2017 sampai tahun 2019, berkembang Program Nawacita Nasional yang mana salah satunya adalah program KOTAKU atau Kota Tanpa Kumuh. Program ini tidak hanya berfokus pada aspek pembangunan fisik saja, melainkan juga kerap melaksanakan pemberdayaan masyarakat. Sehingga secara sukarela, masyarakat bersedia permukimannya ditata dengan konsep 3MK (Mundur, Munggah, Madhep Kali) atau memundurkan, menaikkan dan menghadapkan rumah ke sungai. Peningkatan kualitas kawasan yang terus diupayakan tersebut menghasilkan 5 destinasi wisata menarik di Kali Gajah Wong, diantaranya Dermaga Cinta, Bendhung Lepen, Kampung Kelengkeng, UMKM Abon Nabati dan UMKM Aluminium.
Destinasi wisata Dermaga Cinta merupakan representasi hasil dari upaya memaksimalkan potensi Kali Gajah Wong sebagai salah satu sungai yang melintasi Kota Yogyakarta. Disini, Kali Gajah Wong dimanfaatkan sebagai wahana wisata air berupa kapal wisata. Dengan berkembangnya Wisata Dermaga Cinta di Kali Gajah Wong, kebersihan dan keasrian bantaran kali selalu terjaga, budaya masyarakat untuk membuang sampah atau limbah di kali mulai berubah, dan sungai kini dianggap sebagai halaman depan rumah dan bagian dari mitigasi bencana.
Bendhung Lepen yang terletak di Kampung Mrican merupakan saluran primer dari Kali Gajah Wong dengan panjang saluran irigasi 2 km sampai 3 km. Pada tahun 2015, tempat ini dijadikan kandang babi dan tumpukan sampah limbah yang sangat kotor dan bau. Sehingga pada tahun 2019, pengurus kampung membersihkan saluran irigasi ini dan memelihara ikan sebagai salah satu upaya agar kebersihannya tetap terjaga. Seiring berjalannya waktu, tempat ini justru disulap menjadi wahana kolam ikan dimana wisatawan dapat memberi makan ikan dengan membeli pakannya seharga Rp. 2000 per gelas.
Berkembangnya destinasi-destinasi wisata tersebut mampu mendorong masyarakat untuk terus memperhatikan kelestarian lingkungan sekitar mereka. Salah satunya terjadi pada Kampung Kelengkeng. Kampung Kelengkeng merupakan tempat yang memiliki image paling buruk, karena tempat ini sempat dijadikan tempat lokalisasi. Kondisi pemukiman yang tidak teratur dan kebutuhan dasar masyarakat yang tidak dapat terpenuhi membuat kondisi kampung ini semakin memprihatinkan. Sejak tahun 2012, masyarakat sekitar bersama TNI Koramil 07 Umbulharjo menanam 10 bibit pohon kelengkeng dan sampai dengan tahun 2018, diperkirakan sudah ada 300 pohon kelengkeng yang tertanam. Sejalan dengan tingkat kepedulian akan lingkungan yang meningkat, masyarakat juga mulai membangun usaha menengah yang dapat dijadikan wisata. Wisatawan dapat menyaksikan dan mempraktikan tahap pembuatan abon nabati ataupun pembuatan kerajinan dari aluminium.
Transformasi Kali Gajah Wong menjadi sebuah contoh nyata keberhasilan dalam mengelola lingkungan secara berkelanjutan. Melalui kolaborasi masyarakat, pemerintah, dan berbagai pemangku kepentingan, sungai yang dulunya tercemar kini menjelma menjadi destinasi wisata yang menarik sekaligus menjaga keseimbangan ekosistem. Konsep 3MK, pengembangan UMKM berbasis lingkungan, dan partisipasi aktif masyarakat dalam menjaga kebersihan sungai menjadi kunci keberhasilan upaya pelestarian ini. Keberlanjutan menjadi fokus utama dalam pengembangan wisata di sekitar Kali Gajah Wong, memastikan bahwa manfaat ekonomi yang diperoleh tidak mengorbankan kualitas lingkungan untuk generasi mendatang. (PNA)
Sumber:
https://yogya.inews.id. Cerita Rakyat Yogyakarta, Asal Usul Kali Gajah Wong. Diakses melalui (https://yogya.inews.id/berita/cerita-rakyat-yogyakarta-asal-usul-kali-gajah-wong/2) pada Rabu, 18 September 2024.
https://giwangankel.jogjakota.go.id. EBook Kampung Wisata Kali Gajah Wong Kelurahan Giwangan. Diakses melalui (https://giwangankel.jogjakota.go.id/download/hit/8358/ebook-kampung-wisata-kali-gajah-wong-kelurahan-giwangan-8358.pdf) pada Rabu, 18 September 2024.
Hanifah, S. N., Saptorini, H., & Fauzi, H. N. (2022). PLACEMAKING RUANG PUBLIK BENDUNG LEPEN, BANTARAN SUNGAI GAJAH WONG, KAMPUNG MRICAN, GIWANGAN, YOGYAKARTA SEBAGAI OBJEK WISATA.