Kegiatan pertambangan di Bukit Hollywood Gresik menyebabkan rusaknya kondisi lahan yang menciptakan dampak negatif bagi ekosistem alam dan manusia. Kondisi tanah pada lahan bekas penambangan sudah tidak produktif dan rawan akan terjadinya longsor. Pada kasus ini, arsitektur berperan penting dalam merancang suatu bangunan dengan ide desain yang dapat memberikan solusi terhadap suatu permasalahan. Ide dan gagasan yang dituangkan dalam bentuk desain bangunan harus merespon kondisi lahan dan mempertimbangkan ekosistem disekitarnya. Lalu, bagaimana membangun sebuah bangunan di lahan pasca tambang?

Regenerative Design merupakan pendekatan dalam sebuah perancangan yang mengutamakan perbaikan terhadap kondisi lahan yang telah rusak. Dengan pendekatan ini, objek arsitektur yang dihasilkan akan mampu memperbaiki kerusakan lahan serta berdiri selaras dengan alam. Namun tidak hanya berakhir pada tahap meregenerasi lahan tersebut saja, tetapi juga bangunan yang dihasilkan harus sustainable atau ramah lingkungan dan berkelanjutan (Fabio & Vincentius, 2018).

 

Gambar 1. Siteplan Regenerasi Lahan
Sumber: Dokumentasi Caritra.org

Bukit Hollywood memiliki topografi dan kontur yang berpotensi untuk dijadikan fasilitas penunjang olahraga sepeda gunung. Pada perancangan ini, Masa bangunan diletakkan di dalam area perbukitan karena elevasi Bukit Hollywood yang tidak begitu tinggi. Fasad bangunan atau wajah dari bangunan ini akan banyak memanfaatkan material roster sebagai secondary skin guna memberikan jalur untuk keluar masuknya udara. Dengan banyaknya bukaan ini, sirkulasi bangunan menjadi baik dan meminimalisir  penggunaan AC.

Masa bangunan menggunakan sistem struktur rigid frame dimana bentang kolom dan balok dibuat cukup lebar. Sehingga jika bangunan tidak berfungsi sebagaimana sekarang, struktur bangunan masih bisa dimanfaatkan menjadi fungsi bangunan yang lain. Lantai bangunan dibuat menjadi panggung guna menghindari penutupan pada area tanah. Dengan begitu, air dapat meresap kedalam tanah dan celah pada bagian bawah lantai menjadi bukaan arah sirkulasi angin silang.

 

 

 

 

Gambar 2. Material roster dan clading batu
Sumber: Dokumentasi Caritra.org

 

Gambar 3. Jalur sepeda dan greenroof
Sumber: Dokumentasi Caritra.org

Material yang digunakan banyak memanfaatkan olahan cladding batu kapur untuk memunculkan unsur lokalitasnya. Selain itu, besi precast dan semen ekspos digunakan untuk menghemat embodied energy dan lokasi site yang berdekatan dengan produsen material tersebut. Atap bangunan menggunakan greenroof sebagai luas lahan pengganti tanah di bawah bangunan dan media penyerapan air hujan yang nanti dapat digunakan kembali.

Regenerasi lahan ini berupaya untuk menghidupkan kembali lahan yang sudah tidak produktif menjadi sebuah tempat yang mampu mengangkat potensinya sendiri. Dengan ide perancangan jalur sepeda gunung ini, Bukit Hollywood dapat menjadi tempat berlibur bagi para penggemar sepeda gunung. Bangunan yang berdiri diatasnya pun dapat berdampingan dengan alam dan ramah terhadap ekosistem lingkungan

 

Gambar 4. Suasana Desain Pasca Tambang
Sumber: Dokumentasi Caritra.org

 

(AFH/SA)

 

 

 

Daftar Pustaka

Brestianto, Febio. & Totok, Vincentius. (2018). Eco Bike Retreat: Arsitektur Regeneratif Lahan Tambang Kapur Gresik. Diakses pada 31 Oktober 2022. https://ejurnal.its.ac.id/index.php/sains_seni/article/view/35421/5256