Sektor pariwisata di Indonesia memiliki potensi besar untuk dikembangkan dengan didukung kondisi bentang alam yang mempesona dan menjadi daya tarik wisatawan seperti gunung, pantai, dan pemandangan bawah laut yang menakjubkan. Data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menunjukkan, dalam 5 (lima) tahun terakhir (2015 – 2019) rata – rata jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke berbagai daerah di Indonesia mencapai 13,5 juta wisatawan per tahun. Jumlah wisatawan mancanegara tertinggi datang pada bulan Juli – Agustus dengan rata – rata jumlah mencapai 1,29 juta wisatawan per bulan, sedangkan paling sedikit terjadi pada bulan Januari – Februari yaitu dengan rata –  rata jumlah mencapai 984 ribu wisatawan per bulan. Pertanyaannya adalah, apakah tren wisata alternatif saat ini?

Pariwisata secara umum dikategorikan menjadi 2 (dua) kelompok yaitu pariwisata massal dan pariwisata alternatif (Miczkowski, 1995:459) (Poon, 1997:15) (Archer dan Cooper, 1993). Pariwisata massal (mass tourism) yaitu mengarah kepada wisata – wisata yang cenderung dikunjungi oleh wisatawan dalam jumlah banyak (rombongan). Pariwisata massal  berorientasi pada wisata yang dilakukan secara beramai – ramai, berkumpul dan melakukan kegiatan bersama – sama. Misalnya seperti kebiasaan wisatawan domestik apabila berkunjung ke pantai dilakukan bersama rombongan yang tujuannya untuk arisan atau gathering.

Pariwisata alternatif (alternative tourism) atau juga biasa disebut wisata tematik yaitu wisata – wisata yang mengedepankan wisata alam, budaya, keunikan, atau karakteristik lokal yang ada di sebuah daerah. Pariwisata alternatif merupakan tujuan wisata bagi wisatawan yang tidak ingin berkunjung ke tempat ramai karena ingin menemukan suatu hal yang baru. Saat ini pariwisata alternatif sudah menjadi sebuah tren bagi para wisatawan. Tren wisata telah mengalami pergeseran dari pariwisata massal ke arah pariwisata alternatif, pelaku wisata sudah memikirkan bahwa tren wisata yang lebih bersahabat dengan alam dan masyarakat lokal adalah pariwisata yang berpotensi untuk dikembangkan dan memiliki daya tarik tinggi.  Hal tersebut membuat mulai bermunculannya paket – paket wisata yang mengedepankan budaya, alam, dan sesuatu yang unik dari daerah – daerah tertentu. Salah satu nya difasilitasi dengan adanya desa wisata.

Indonesia sangat kaya sekali akan budaya, adat dan karakteristik lokal. Dari Sabang sampai Merauke, Indonesia terdiri dari pulau –pulau kecil dan pulau – pulau besar yang mana di semua pulau tersebut pasti dijumpai desa dengan segala ragam kekayaan alam dan budaya nya. Pada umumnya pengembangan desa wisata hanya sebatas mengarah pada pengembangan potensi alam, sungai, atau gunung. Potensi lain seperti kuliner, budaya, atau lokalitas masyarakat belum menjadi potensi utama untuk diangkat sebagai objek dan atraksi di desa wisata.

Desa wisata menjadi tren pengembangan alternatif desa pada satu dasawarsa terakhir. Dari tahun ke tahun, jumlah desa wisata di Indonesia juga tumbuh pesat. Hingga akhir 2018, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ada 1.734 desa wisata dari total 83.931 desa di Indonesia. Bahkan Kementerian Desa PDTT menargetkan jumlah desa wisata bertambah menjadi 10.000 desa wisata pada tahun 2020.

 

Sebaran Desa Wisata di Indonesia Tahun 2018

Sebaran Desa Wisata di Indonesia Tahun 2018

Sumber: Kementerian Desa PDTT, 2019

Di level internasional, sejumah desa wisata di Indonesia juga sudah mendapat pengakuan. Pada tahun 2019 terdapat 4 (empat) desa wisata yaitu Desa Nglanggeran di Kabupaten Gunungkidul (DIY), Desa Pentingsari di Kabupaten Sleman (DIY), Desa Pemuteran di Kabupaten Buleleng (Bali), dan Desa Adat Penglipuran di Kabupaten Bangli (Bali) masuk dalam Top 100 Destinasi Berkelanjutan di Dunia versi Global Green Destinations Days (GGDD)

Pengembangan desa wisata menjadi suatu hal yang memiliki manfaat besar yaitu dapat meningkatkan ekonomi desa dan juga meningkatkan kapasitas masyarakat desa dalam mengelola desa. Sebagai tujuan wisata, desa wisata harus memiliki kesiapan dari segi komponen wisata agar dapat memenuhi kriteria sebagai desa wisata. Desa wisata memang menjadi wisata alternatif di Indonesia, namun pengembangannya perlu dilakukan secara komprehensif. (BVY/CARITRA)

 

 

Daftar Pustaka

Mieczkowski, Zbigniew. 1995. Environmental Issues of Tourism and Recreation. Univ. Press of America Inc. London.

https://www.kemenparekraf.go.id/index.php/post/siaran-pers-empat-desa-wisata-indonesia-masuk-top-100-destinasi-berkelanjutan-dunia)