Kampung Samber dan Kampung Binyeri, terletak di ujung barat Pulau Biak telah lama dikenal sebagai daerah penghasil tuna yang sangat potensial. Selain itu, keindahan pantai yang dihiasi pasir putih serta air laut yang jernih dan dangkal menjadikan dua kampung ini memiliki potensi sebagai destinasi wisata bahari. Meskipun infrastruktur perikanan tangkap masih cukup terbatas, yakni kurang dari 30% yang berfungsi optimal.
Sebagai upaya mendukung pengembangan sektor perikanan, sekitar 50% pelaku usaha perikanan aktif terlibat dalam organisasi dan lembaga, seperti Koperasi Produksi Perikanan, Kelompok Usaha Bersama (KUB), Pokdakan, Pokmaswas, dan lembaga pendanaan formal tingkat desa. Hal ini menunjukkan adanya sinergi kolektif untuk mendorong keberlanjutan sektor perikanan Kampung Samber dan Kampung Binyeri.
Upaya ini juga didukung oleh pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang memiliki program perencanaan dan pengembangan Kampung Nelayan Modern. Dalam pelaksanaannya, KKP bersinergi dengan masyarakat setempat dan para ahli untuk bisa merealisasikan Kampung Samber dan Kampung Binyeri menjadi Kampung Nelayan Modern yang berkelanjutan.
Proses Perencanaan dan Penataan Kampung Nelayan Modern Samber-Binyeri
-
- Tahap Awal. Dilakukan analisis untuk memahami kondisi dan kebutuhan utama nelayan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pendapatan nelayan dengan perahu Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) sebesar Rp5.512.500/bulan, Rp1.050.000/bulan untuk nelayan yang menggunakan perahu pribadi, serta Rp100.000/bulan untuk nelayan yang menggunakan sampan. Selain itu, terdapat keterbatasan hari melaut, yaitu 15 hari/bulan dengan tangkapan rata-rata 65–73 kg/trip untuk kapal motor dan 10 hari/bulan dengan tangkapan rata-rata 9 kg/trip untuk sampan.
- Tahap Perencanaan dan Implementasi (Intervensi). Dalam tahap perencanaan dan implementasi, terdapat beberapa intervensi utama yang dilakukan. Salah satunya adalah peningkatan infrastruktur kapal, yang mencakup penambahan 10 unit kapal baru, penyediaan 20 mesin kapal, serta konversi 50% sampan tradisional menjadi kapal motor untuk meningkatkan efisiensi operasional nelayan. Selain itu, pembangunan berbagai fasilitas pendukung operasional juga menjadi prioritas, termasuk penyediaan cold storage untuk menjaga kualitas hasil tangkapan, pembangunan bengkel perbaikan kapal guna memastikan kelayakan armada, serta pendirian pabrik es yang berperan penting dalam rantai pasok perikanan. Tak hanya itu, peningkatan teknologi tangkapan turut dilakukan dengan menyediakan 120 cool box untuk penyimpanan hasil tangkapan yang lebih optimal serta mendistribusikan 275 paket alat tangkap modern, seperti gillnet, guna meningkatkan produktivitas nelayan.
- Tahap Akhir. Terdapat peningkatan signifikan setelah intervensi dilakukan. Peningkatan terjadi pada jumlah perahu (SKPT) menjadi 34 unit dengan pendapatan nelayan menjadi Rp17.270.000/bulan, 59 unit perahu pribadi dengan pendapatan menjadi Rp10.980.000/bulan, sedangkan untuk jumlah sampan berkurang menjadi 12 unit. Peningkatan juga terjadi pada jumlah hari melaut dan produktivitas, menjadi 20 hari/bulan dengan tangkapan 100 kg/trip untuk perahu SKPT dan 117 kg/trip untuk kapal pribadi, serta 10 hari/bulan dengan tangkapan 11 kg/trip.
Pengembangan infrastruktur bernilai Rp 22,1 miliar juga dilakukan yang meliputi pembangunan dan penyediaan gudang beku (cold storage) kapasitas 10 ton, shelter coolbox, pabrik es kapasitas 3 ton, bengkel nelayan, docking kapal, kios persediaan, dermaga, TPI, balai pelatihan, sentra kuliner, kantor pengelola, bahkan pembangunan SPBUN. Tidak lupa dibangun infrastruktur penunjang kawasan seperti jalan masuk, gapura, hingga turap dan pedestrian.
- Desain Penataan Karimo Samber-Binyeri. Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2024
- Desain Penataan Karimo Samber-Binyeri. Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2024
Dampak dan Manfaat Pengembangan Kampung Nelayan Modern Samber-Binyeri

Kondisi Sebelum dan Sesudah Intervensi. Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2024
Pengembangan kampung nelayan modern Samber dan Binyeri memiliki dampak dan manfaat yang beragam. Infrastruktur jalan pada kawasan kampung menjadi teraspal dengan baik serta dilengkapi pembatas dan jalur pedestrian. Dermaga modern juga dibangun dengan struktur beton yang dilengkapi dengan fasilitas lampu penerangan untuk memberikan kenyamanan dan keamanan bagi nelayan. Ragam fasilitas lain seperti bengkel nelayan, pabrik es, kendaraan berpendingin mulai tersedia dan memberikan manfaat penunjang bagi nelayan, seperti untuk memastikan operasional kapal berjalan lancar, menjaga mutu hasil perikanan, serta meningkatkan distribusi hasil perikanan.
Dari segi ekonomi, dampak yang dirasakan juga cukup signifikan khususnya pada peningkatan pendapatan nelayan. Beberapa diantaranya adalah beroperasinya koperasi produsen yang menghasilkan 125 jenis barang kebutuhan nelayan dengan omzet Rp16,7 juta/bulan, bengkel dan docking kapal yang memiliki omset Rp14,5 juta/bulan, terbangunnya sentra kuliner dengan omset Rp15 juta/bulan, serta gudang beku portable dengan omset Rp36,6 juta/bulan.
Kesimpulan
Pengembangan kampung nelayan modern Samber-Binyeri mengedepankan potensi lokal berupa sektor perikanan dan kelautan. Pembangunan yang berdasar pada pemanfaatan potensi lokal memberikan peningkatan dari segi infrastruktur maupun dari segi ekonomi secara signifikan. Mencontoh dari kampung nelayan modern Samber-Binyeri, setiap daerah dapat menciptakan pembangunan yang berlandaskan pada potensi yang ada pada setiap daerah untuk menciptakan dampak yang signifikan. (RSe)
Referensi:
Kementerian Kelautan dan Perikanan RI. (2024). (Draft) Masterplan: Pengembangan Program Kampung Perikanan 2025-2029.