Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 menargetkan sejumlah 244 desa wisata untuk mendorong pembangunan di wilayahnya. Salah satu desa yang memiliki komitmen kuat dalam mengembangkan wisatanya adalah Desa Wisata Cipta Karya di Provinsi Kalimantan Barat. Desa wisata seluas 43,09 km2 ini, berhasil mencuri perhatian dalam ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) tahun 2023, dengan meraih penghargaan sebagai Desa Wisata Terfavorit. Pada tahun pertama diresmikan, Desa Cipta Karya berhasil mencatat kunjungan sebesar 10 ribu jiwa. Angka ini terus naik hingga tercatat mencapai 20 ribu pengunjung pada tahun 2022. Pengelola desa wisata menyatakan bahwa keuntungan yang didapat mencapai Rp232 juta. Keberhasilan perwujudan desa wisata ini didukung oleh penggunaan metode pentahelix dalam pengembangan potensi pariwisatanya, yang melibatkan pemerintah, akademisi, pelaku bisnis, komunitas, dan media. Kolaborasi yang kuat antar unsur ini menjadi kunci kesuksesan mereka.
Pemanfaatan Model Pentahelix di Desa Wisata Cipta Karya
Metode pentahelix memberikan kerangka kerja yang efektif bagi Desa Cipta Karya untuk mengembangkan potensi wisata lokal. Kelima unsur pentahelix, yakni pemerintah, akademisi, pelaku usaha, komunitas, dan media, dinyatakan oleh Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan dapat berperan dalam memajukan desa melalui pola kemitraan yang mendukung potensi desa dan ketahanan ekonomi masyarakat. Pemerintah setempat, melalui Dinas Pariwisata Kabupaten Bengkayang, memberikan dukungan berupa perumusan kebijakan dan pembangunan infrastruktur. Akademisi turut memberikan sumbangsih berupa penelitian dan pendampingan dalam merumuskan strategi pengembangan wisata berkelanjutan.
Pelaku bisnis, terutama melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), memainkan peran penting dalam menciptakan peluang ekonomi baru bagi masyarakat desa. BUMDes bekerjasama dengan kelompok sadar wisata (Pokdarwis) dalam mengelola destinasi-destinasi wisata di desa ini, seperti Bukit Sepadang, Air Terjun Riam Palayo, dan permandian Batu Bide. Komunitas setempat, termasuk masyarakat Dayak Bakati, juga berperan aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan dan menghidupkan tradisi budaya, seperti prosesi adat Basansam dan atraksi Nyikup. Media, khususnya platform digital, membantu memperluas jangkauan promosi desa ini. Penghargaan yang diterima Desa Cipta Karya di ADWI 2023 turut didorong oleh respon positif di platform digital yang menampilkan daya tarik desa ini secara virtual. Ini adalah bukti bahwa keterlibatan media menjadi bagian penting dalam membangun citra positif dan menarik wisatawan.
Apa yang Bisa Dicontoh dari Desa Wisata Cipta Karya?
Keberhasilan Desa Wisata Cipta Karya dalam mengelola pariwisata berbasis pentahelix dapat menjadi contoh bagi desa-desa lain di Indonesia. Pertama, komitmen yang kuat untuk melibatkan semua pihak dalam pengembangan wisata adalah langkah penting. Desa Cipta Karya menunjukkan bahwa kolaborasi antara masyarakat lokal, pemerintah, dan pihak lain mampu menciptakan sinergi yang menghasilkan dampak positif, baik secara ekonomi maupun sosial.
Kedua, inovasi dalam atraksi wisata menjadi salah satu daya tarik utama. Selain keindahan alamnya, desa ini mengembangkan atraksi-atraksi unik, seperti pembuatan alat musik tradisional sape, permainan sumpitan, dan event budaya Maka Dio. Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan wisata tidak hanya bertumpu pada potensi alam, tetapi juga budaya dan kearifan lokal.
Tantangan ke Depan
Meski telah mencapai kesuksesan, Desa Wisata Cipta Karya menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan dan meningkatkan daya tarik wisatanya. Salah satu tantangan utama adalah pengembangan infrastruktur. Meskipun lokasinya dekat dengan ibu kota Kabupaten Bengkayang, akses jalan dan fasilitas pendukung pariwisata masih perlu ditingkatkan untuk memberikan kenyamanan bagi wisatawan.
Selain itu, keberlanjutan lingkungan juga menjadi isu penting. Sebagai desa yang kaya akan flora dan fauna langka, seperti bunga Rafflesia dan burung enggang, menjaga kelestarian alam menjadi tantangan tersendiri. Pariwisata yang berkembang pesat dapat memberikan tekanan pada ekosistem, sehingga diperlukan strategi pengelolaan lingkungan yang lebih baik. Tantangan lainnya adalah menjaga agar atraksi wisata tetap segar dan menarik. Hatari, pengelola Desa Wisata Cipta Karya, menyatakan pentingnya inovasi agar destinasi wisata tidak membosankan bagi pengunjung. Ini memerlukan terus belajar dan menambah pengetahuan tentang tren pariwisata yang berkembang.
Desa Wisata Cipta Karya adalah contoh sukses penerapan metode pentahelix dalam pengembangan desa wisata. Kolaborasi yang melibatkan berbagai pihak berhasil membawa desa ini ke panggung nasional melalui ADWI 2023. Namun, ke depan, tantangan terkait infrastruktur, kelestarian lingkungan, dan inovasi atraksi wisata harus dihadapi dengan strategi yang tepat agar desa ini tetap menjadi destinasi unggulan di masa mendatang. (KQZ)
Referensi
Asro, A. F. (2023). Desa Wisata Cipta Karya Miliki Keunggulan Wisata Flora dan Fauna Langka. Diakses dari kolomdesa.com
Badar, N. A. (2023). Desa Wisata Cipta Karya Raih Desa Wisata Terfavorit ADWI 2023. Antara. Diakses dari antaranews.com
Brono, H. (2023). Desa Wisata Cipta Karya, Lanskap Kampung Dayak Bakati yang Asri. Koran Jakarta. Diakses dari koran-jakarta.com
Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. (2021). Pentahelix, Lima Unsur Kekuatan Dalam Pengembangan Potensi Desa dan Kawasan Perdesaan Kian Mendapatkan Respon Positif. Diakses dari kemenkopmk.go.id
Setyaningrum, P. (2023). Mengenal Desa Wisata Cipta Karya di Kalimantan Barat. Kompas.com. Diakses dari regional.kompas.com