Berbicara tentang pariwisata di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), tentu saja kita harus mempertimbangkan beragam destinasi wisata yang tersedia. Mulai dari keindahan alam, kekayaan budaya, hingga kampung-kampung wisata. Semuanya menjadi daya tarik tersendiri, termasuk salah satunya adalah Desa Wisata Bejiharjo. Pengelolaan potensi alam di Desa Bejiharjo yang dimulai pada tanggal 30 Juni 2010 oleh Pokdarwis Dewa Bejo telah membuka peluang kerja yang lebih luas melalui penerapan pola pemberdayaan masyarakat. Dengan berkembangnya kawasan wisata ini, beragam usaha pendukung wisatawan mulai bermunculan. Hal ini mengakibatkan perubahan arah dalam kehidupan masyarakat. Masyarakat yang sebelumnya beraktivitas di sektor pertanian mulai beralih ke sektor pariwisata.

Perubahan yang terjadi dengan cepat ini menimbulkan pertanyaan tentang kesiapan masyarakat menghadapi era pariwisata yang penuh dengan keragaman dan kompleksitas. Berdasarkan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP). Pada tahun 2022 sektor pariwisata telah mampu menghasilkan PDB pariwisata sebesar 4,3% atau Rp. 842.303,16 miliar, devisa pariwisata sebesar USD 4.260 juta, dan tenaga kerja pariwisata per tahun 2021 mampu menyerap 21,26 juta orang. Pengembangan sektor pariwisata di wilayah pedesaan dianggap strategis karena dapat menjadi pendorong utama dalam menghidupkan perekonomian lokal serta sektor-sektor terkait lainnya. Ini memberikan peluang bagi masyarakat pedesaan untuk meningkatkan aktivitas ekonomi mereka melalui pariwisata, dengan memanfaatkan secara optimal berbagai potensi yang ada, baik dari segi budaya maupun alamnya.

Sebelum dijadikan kawasan wisata, Desa Bejiharjo dikenal sebagai daerah yang mayoritas penduduknya menggantungkan hidup dari sektor pertanian dan migrasi. Sebagai hasilnya, pertanian menjadi landasan utama dalam memenuhi kebutuhan ekonomi masyarakat. Seiring waktu berlalu, mengamati kondisi masyarakat yang kurang sejahtera, beberapa anggota masyarakat melihat potensi di Desa Bejiharjo dari perspektif yang berbeda. Mereka berusaha mengoptimalkan sumber daya alam, budaya, dan masyarakat dengan membentuk Kelompok Sadar Wisata Desa Bejiharjo pada tanggal 30 Juni 2010, yang terdiri dari 11 orang pengelola. Upaya pengembangan yang dilakukan oleh kelompok ini telah menjadi titik balik signifikan dengan dampak perubahan masyarakat yang luar biasa, termasuk perubahan dalam pola pikir, orientasi ekonomi, dan percepatan pengembangan potensi wilayah.

 

Berikut merupakan beberapa perubahan dari beberapa aspek yang ada:

  • Aspek Sosial Ekonomi

Banyaknya peluang usaha baru di masyarakat memiliki dampak yang tidak selalu positif. Meskipun secara ekonomi hal tersebut memberikan manfaat, namun dari segi sosial dapat menimbulkan dampak negatif. Persaingan dalam dunia usaha dan rasa cemburu sosial dapat menjadi pemicu potensial konflik di masyarakat.

  • Aspek Budaya

Dalam konteks budaya, terlihat bahwa beberapa tahun lalu, budaya masyarakat yang terabaikan kini menjadi populer di kalangan mereka, dikarenakan permintaan dari para wisatawan.

  • Aspek Pendidikan

Sementara itu, pendidikan masyarakat mengalami peningkatan sebagai hasil dari tingkat pendidikan formal yang semakin tinggi diakses oleh mereka. Hal ini didorong oleh peningkatan kesejahteraan masyarakat.

 

Pokdarwis Dewa Bejo membentuk kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan desa wisata. Beberapa kegiatan yang dilakukan antara lain adalah dengan menyelenggarakan: a) pertemuan, b) pendampingan, c) bantuan modal sebagai stimulan, d) pembangunan sarana prasarana, e) pembentukan Pokdarwis Dewa Bejo, f) kerja bakti, dan g) pemasaran. Proses perubahan masyarakat terjadi karena beberapa faktor yang  melatarbelakanginya. Faktor-faktor  penyebab  terjadinya  perubahan tersebut dapat berasal  dari  dalam  masyarakat  itu  sendiri  maupun  dari  luar  masyarakat  yang  mengalami  perubahan,  dengan harapan  akan  terjadi  perubahan  yang  lebih baik untuk ke depannya.

 

Penutup

Masyarakat Desa Bejiharjo sebaiknya siap dan bijak menghadapi kedatangan wisatawan di wilayah mereka, agar memiliki landasan yang kokoh sehingga tidak rentan terhadap pengaruh budaya yang tidak sesuai dengan nilai-nilai masyarakat setempat. Hal ini penting untuk melindungi nilai-nilai budaya lokal dalam melestarikan warisan budaya yang menjadi identitas dan kekayaan masyarakat setempat. Mari kita hadapi dinamika perubahan masyarakat dengan tanggap dan bijaksana. Dengan bersama-sama, kita terlibat dalam memilih solusi yang terbaik untuk mengatasi tantangan yang muncul seiring dengan perkembangan kawasan pariwisata. Tujuannya adalah untuk menciptakan masa depan yang lebih baik, dengan menjaga keseimbangan antara kemajuan ekonomi dan kelestarian nilai-nilai budaya serta lingkungan. (GSR)

 

Referensi

Rohim, A. (2013). Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan Desa Wisata (Studi Di Desa Wisata Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul, DIY) (Doctoral dissertation, UIN Sunan Kalijaga).

Martiarini, R. (2017). Strategi Pengembangan Desa Wisata Melalui Pemberdayaan Masyarakat Desa Ketenger Baturraden (Doctoral dissertation, IAIN).

Ma’ruf, M. F., Kurniawan, B., & Pangestu, R. P. A. G. (2017). Desa Wisata: Sebuah Upaya Mengembangkan Potensi Desa Dan Meningkatkan Pendapatan Asli Desa (Studi Pada Desa Wisata Bejiharjo Kecamatan Karangmojo Kabupaten Gunungkidul). Dinamika Governance: Jurnal Ilmu Administrasi Negara, 7(2).

Pangestu, R. P. A. G. (2016). Upaya Pengembangan Desa Wisata Untuk Meningkatkan Pendapatan Asli Desa (Studi pada Desa Wisata Bejiharjo Kecamatan Karangmojo Kabupaten Gunungkidul). Publika, 4(10).

Rofiq, A. (2017). Perubahan masyarakat Desa Wisata Bejiharjo pada tahun 2010-2015. Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat, 4(1), 1.