Di tengah gencarnya pengembangan desa wisata di berbagai daerah, masih banyak wilayah unik yang belum tersentuh secara optimal. Salah satunya adalah Dusun Wotawati di Kalurahan Ngleri, Kapanewon Playen, Gunungkidul. Dengan kondisi geografis yang tidak biasa, dimana terletak di antara perbukitan karst dan hanya menerima sinar matahari sekitar tujuh jam sehari, Dusun Wotawati banyak menyimpan potensi ekowisata yang belum tergarap maksimal. Fenomena alam ini bukan hanya menarik secara visual, tetapi juga menjadi cermin dari keunikan tata ruang dan relasi manusia dengan alam di wilayah marginal.
Menurut laporan Pradito (2022), sinar matahari di dusun ini baru tampak sekitar pukul 08.30 pagi dan menghilang kembali sekitar pukul 16.00 sore. Fenomena ini disebabkan oleh posisi dusun yang berada dalam cekungan sempit dan dikelilingi perbukitan kapur. Dusun Wotawati dihuni sekitar 80 kepala keluarga, yang memiliki mata pencaharian sebagian besar petani. Memiliki lahan permukiman sekitar 5-6 hektar. Wilayah ini merupakan bagian dari Kalurahan Ngleri yang total penduduknya mencapai 2.979 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 947 KK (Fardi, 2024).
Menjawab potensi tersembunyi ini, Pemerintah Daerah DIY melalui Dana Keistimewaan (Danais) mengalokasikan anggaran sekitar Rp5 miliar pada tahun 2023 untuk mengembangkan kawasan terpadu berbasis desa wisata di Dusun Wotawati (Pramono, 2024). Kegiatan ini meliputi penataan rumah warga, pendirian pendopo dan gapura, perbaikan infrastruktur dasar seperti jalan dan drainase, hingga penghijauan lingkungan. Namun, tujuan besarnya bukan sekadar menjadikan dusun ini “layak jual”, tetapi menciptakan desa wisata yang tetap mempertahankan aktivitas utama warganya yakni bertani.
Potensi ekonomi Dusun Wotawati dapat dikembangkan dari beberapa arah. Pertama, fenomena “matahari singkat” bisa diangkat sebagai narasi utama dalam paket wisata berbasis alam. Program seperti fotografi lanskap pagi dan senja, edukasi karst, hingga eksplorasi tata ruang desa bisa menjadi atraksi unggulan. Kedua, penguatan sektor pertanian melalui agrowisata dan produk olahan seperti gula semut atau tanaman obat bisa membuka pasar baru olahan hasil pertanian yang meningkatkan nilai tambah lokal. Ketiga, pengembangan usaha mikro dan keterampilan warga, misalnya pelatihan digital marketing, kewirausahaan, dan pemasaran daring, akan memperkuat fondasi ekonomi mandiri. Keempat, sinergi dengan perguruan tinggi, Dinas Pariwisata, dan LSM dapat meningkatkan kualitas pendampingan, riset, dan promosi berkelanjutan.
Dusun Wotawati adalah bukti bahwa keunikan geografis bukanlah keterbatasan, melainkan peluang pembangunan yang belum disentuh. Dalam konteks pemerataan pembangunan desa dan tekanan urbanisasi, dusun ini dapat menjadi model pengembangan yang menyandingkan kelestarian, partisipasi warga, dan inovasi ekonomi. Dengan strategi yang tepat, Dusun Wotawati tidak hanya akan dikenal karena kehadiran matahari yang singkat, tetapi juga karena visinya yang panjang menjadi desa wisata tangguh, lestari, dan membanggakan. (PDP)
Referensi:
Fardi, M. I. (2024). Di Wotawati Gunungkidul, Mentari Hanya Bersinar 7 Jam Sehari. Detik.Com. https://www.detik.com/jogja/berita/d-7325337/di-wotawati-gunungkidul-mentari-hanya-bersinar-7-jam-sehari
Pradito. (2022). Fenomena Unik Matahari di Wotawati Gunungkidul, Pagi Telat-Malam Lebih Cepat. Detik.Com. https://www.detik.com/jateng/jogja/d-6001665/fenomena-unik-matahari-di-wotawati-gunungkidul-pagi-telat-malam-lebih-cepat
Pramono, A. Y. (2024). Peroleh Danais Rp5 Miliar, 14 Rumah di Dusun Pucung Gunungkidul Dibangun. HarianJogja. https://jogjapolitan.harianjogja.com/read/2024/10/20/513/1192180/peroleh-danais-rp5-miliar-14-rumah-di-dusun-pucung-gunungkidul-dibangun?utm_source=chatgpt.com