Desa Campursari merupakan salah satu desa yang masuk dalam kawasan Dataran Tinggi Dieng, berlokasi di Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Desa Campursari memiliki luas sebesar 521 ha, dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Banjarnegara di sisi utara dan baratnya. Sementara di sisi selatan masih berbatasan dengan Desa Kalidesel, Kecamatan Watumalang, dan Desa Kreo, Kecamatan Garung, dan di sisi timur berbatasan dengan Desa Sikunang, Kecamatan Kejajar. Desa Campursari terdiri dari 3 dusun yaitu dusun Pulosari, dusun Tempuran, dan dusun Plemburan. Desa Campursari berada di ketinggian 1.700 mdpl, memiliki 7 bulan hujan dengan suhu rata-rata 150 C. Total luas tanah Desa Campursari adalah 521 Ha. Hampir setengah dari tanah desa sebesar 256 Ha adalah tanah hutan. Pemanfaatan lahan terbesar adalah ladang warga yang berisi sayur mayur khas dataran tinggi. Dengan jumlah penduduk sebanyak 2.656 jiwa, alokasi lahan permukiman warga hanya seluas 10 Ha.
Mayoritas warga Campursari bekerja di sektor pertanian, lalu diikuti oleh sektor jasa, perdagangan, dan peternakan. Sejarah pertanian Desa Campursari bergeser dari yang semula merupakan petani tembakau, berubah menjadi sayuran. Ratusan tahun lalu masyarakat desa merupakan petani tembakau, namun ketika kentang masuk di tahun 1980an, banyak masyarakat mulai bergeser menjadi petani kentang. Alasannya, selain harganya yang lebih tinggi, kestabilan produksinya juga lebih baik. Proses pengolahan tembakau juga terbilang lama, sehingga memperlambat pemasukan masyarakat. Kini, pertanian warga Campursari didominasi oleh kentang, yang notabene berpotensi merusak lansekap alam desa akibat miskonsepsi dalam cara penanaman.


Desa Campursari memiliki beberapa obyek yang bisa dikembangkan menjadi wisata, yaitu Bukit Kopen, Pemandian Air Panas, Curug Sikrasak, Curug Silampor, Curug Sijleber, Curug Sikuwung, Curug Sigrinjing, dan Gunung Bisma. Mayoritas obyek-obyek wisata di Desa Campursari mengalami kesulitan dalam aksesibilitas. Banyak ruas jalan yang mengalami kerusakan, maupun penggunaan material yang masih alami sehingga menyulitkan untuk dilalui oleh kendaraan. Selain aksesibilitas, prasarana dan sarana pendukung lainnya juga belum mencukupi kebutuhan kepariwisataan di Desa Campursari. Contohnya adalah sistem pengelolaan sampah, drainase, dan sanitasi. Pengelolaan sampah pada permukiman warga juga berpengaruh pada kondisi kebersihan di daerah wisata, salah satunya di situs pemandian air panas. Sampah yang dibuang ke sungai, terbawa sampai ke lokasi permandian dan mengurangi keindahan kawasan wisata. Sanitasi pendukung seperti kamar mandi maupun toilet umum juga belum tersedia di lokasi tersebut.
